Kompas TV regional berita daerah

Jangan Lebai Soal Hujan Es, Ini Alasannya

Kompas.tv - 4 Maret 2021, 07:13 WIB
jangan-lebai-soal-hujan-es-ini-alasannya
Ilustrasi hujan es. BMKG memberi penjalasan soal penyebab terjadinya hujan es. (Sumber: Shutterstock via kompas.com)
Penulis : Switzy Sabandar

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Hujan es yang melanda Yogyakarta dan juga sejumlah daerah lainnya di Indonesia akhir-akhir ini mendapat tanggapan dari pakar klimatologi UGM, Emilya Nurjani. Ternyata hujan es bukan sesuatu yang mengejutkan, sehingga masyarakat tidak perlu lebai dalam melihat fenomena ini.

Ia mengatakan hujan es atau yang sering disebut hail adalah fenomena alam biasa. Hujan es terjadi karena kondisi alam dengan kelembaban tinggi, massa udara yang tidak stabil, serta suhu permukaan bumi yang mendukung. Namun, hujan es juga bisa terjadi akibat perubahan suhu udara di troposfer bagian atas tempat terbentuknya awan-awan yang mengandung es.

Hujan es merupakan hasil pembentukan awan Cumulonimbus (Cb) yang tumbuh vertikal melebihi titik beku air. Awan ini tumbuh di ketinggian sekitar 450 mdpl sampai 10.000 mdpl pada saaat massa udara dalam kondisi tidak stabil.

Baca Juga: Dua Hari Berturut-Turut Hujan Es di Sleman dan Yogyakarta, Ini Penjelasan BMKG

Emilya memaparkan awan bagian bawah (awan lebih panas) mengandung uap air yang turun sebagai hujan, sedangkan bagian atas awan (awan dingin) mengandung es.

“Bagian atas awan ini yang jatuh sebagai hail karena suhu udara di permukaan di Yogyakarta dan Turi Sleman mendukung  kristal es tetap membeku walau ukuranya lebih kecil,” ujarnya, Kamis (4/3/2021).

Menurut Emilya, hail atau hujan es yang jatuh di negara empat musim berukuran lebih besar pada musim dingin karena suhu udara di permukaan juga dingin. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di negara tropis.

Hujan es di negara tropis karena fenomena cuaca yang mempunyai dampak skala horizontal dan waktu yang berbeda-beda.

Baca Juga: Hujan Es dan Angin Kencang Landa Yogyakarta, Tenda Vaksinasi Covid-19 Ikut Ambruk

Ia mencontohkan, awan stratus yang tidak tebal dan mengandung air sehingga hujan yang turun durasi pendek, hujan ringan sampai sedang, wilayah yang terdampak sekitar ratusan meter hingga dua kilometer. Begitu pula dengan awan Cb, tumbuh vertikal ke atas, tetapi tidak lebar, sehingga wilayah terdampak juga tidak luas, tetapi hujannya cukup deras.

Ia menyebutkan durasi hujan es ini tidak lama, tergantung pada volume awan Cb yang terbentuk. Biasanya ukuran hail yang terbentuk di daerah tropis kecil sehingga berlindung di bawah payung, di  bawah bangunan, atau di dalam kendaraan bisa menjadi solusi.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x