CANBERRA, KOMPAS.TV - Sebuah penelitian yang dilakukan Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia (Australian Institute of Health and Welfare/AIHW) mengidentifikasi lebah sebagai hewan berbisa paling berbahaya di Australia.
Penelitian yang diterbitkan oleh Unit Pengawas Cedera Nasional AIHW pada Rabu (03/03/2021) seperti dilansir Xinhua menemukan warga Australia dua kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit akibat sengatan lebah atau tawon dibanding hewan lain, meskipun negara itu juga merupakan "rumah" bagi ular, laba-laba, dan hewan laut paling mematikan di dunia.
Lebih dari 3.500 warga Australia harus menjalani perawatan di rumah sakit setelah "berjumpa" dengan hewan atau tanaman berbisa pada periode 2017-2018. Dari 3.500 orang tersebut, 26 persen atau 927 orang dirawat akibat sengatan lebah.
Sebagai perbandingan, laba-laba menyumbangkan 19 persen dari total kasus atau 666 orang, sedangkan ular 17 persen.
Tercatat ada 19 kematian akibat hewan berbisa; 12 kematian akibat sengatan lebah dan tawon, dan tujuh akibat gigitan ular.
Baca Juga: Kenali! Tak Semua Ular Berbisa
Profesor James Harrison dari unit pengawas cedera itu, yang juga salah satu penulis dalam studi ini, mengatakan bahwa temuan tersebut seharusnya menjadi peringatan, dan warga Australia sebaiknya "waspada terhadap potensi reaksi alergi."
"Fakta bahwa serangga seperti lebah masuk dalam daftar (hewan paling berbahaya) adalah hal yang tak diduga banyak orang," tuturnya.
Lebah afrika, juga dikenal sebagai lebah madu afrika dan dikenal dalam bahasa sehari-hari sebagai lebah pembunuh, adalah hibrida dari lebah madu barat (Apis mellifera), yang awalnya diproduksi dengan kawin silang lebah madu dataran rendah Afrika Timur (A. m. scutellata) dengan berbagai subspesies lebah madu Eropa seperti lebah madu Italia (A. m. ligustica) dan lebah madu Iberia (A. m. iberiensis).
Baca Juga: Diserang Lebah, 6 Pegawai PDAM Jatuh ke Jurang Sedalam 70 Meter
Australia merupakan tempat tinggal bagi 20 dari 25 spesies ular paling berbisa di dunia dan laba-laba paling mematikan, yakni laba-laba jaring corong (funnel web spider).
Laba-laba punggung merah menjadi penyebab lebih dari 40 persen kasus gigitan laba-laba yang mengakibatkan korbannya harus dirawat di rumah sakit. Sementara ular cokelat menjadi penyebab dari 36 persen kasus rawat inap yang dipicu oleh ular berbisa.
"Selain hewan darat, Australia juga memiliki beberapa hewan laut paling berbisa di dunia, termasuk ubur-ubur Irukandji," urai Harrison.
Namun demikian, hewan laut hanya menyebabkan kurang dari 400 kasus rawat inap di rumah sakit.
Tingkat rawat inap akibat gigitan dan sengatan hewan berbisa paling tinggi tercatat di Wilayah Utara (Northern Territory), sedangkan yang terendah di Wilayah Ibu Kota Australia (Australian Capital Territory/ACT).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.