JENEWA, KOMPAS.TV - Pemimpin dunia mengutuk keras tewasnya 18 demonstran saat berunjuk rasa menolak kudeta Myanmar, Minggu (28/2/2021).
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres memimpin kritikan pedas atas aksi junta militer tersebut.
Melalui juru bicara PBB, Stephane Dujarric, Guterres mengecam keras pembunuhan yang terjadi pada sebuah unjuk rasa damai.
Baca Juga: Hong Kong Mendakwa 47 Aktivis, Pencapaian Terbesar dari Undang-Undang Subversi yang Kontroversial
“Penggunaan kekuatan mematikan melawan unjuk rasa damai dan penangkapan sewenang-wenang tak bisa diterima,” ujar Djuarric dikutip dari Al-Jazeera.
“Sekjen meminta komunitas internasional datang bersama dan mengirimkan sinyal yang jelas kepada militer untuk menghormati keinginan masyarakat Myanmar yang sudah terlihat melalui pemilihan umum dan menghentikan tindakan represif,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Diplomatik Uni Eropa (UE), Josep Borrel menegaskan pihaknya akan mengambil tindakan sebagai respon perkembangan saat ini.
Baca Juga: Trump Isyaratkan Akan Kembali Maju Bersama Partai Republik Pada Pemilu 2024
“Otoritas militer harus secepatnya menghentikan penggunaan kekuatan melawan masyarakat sipil dan membiarkan rakyat menunjukkan kebebasan berpendapat dan berkumpul,” tutur Borrel.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken mengutuk apa yang disebutnya sebagai kekerasan menjujukkan pasukan Myanmar terhadap rakyatnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.