ACEH, KOMPAS.TV - Baru-baru ini frasa IPK 1,77 viral di media sosial karena seorang warganet mengaku bisa meraih jabatan tinggi di sejumlah perusahaan. Tapi, tahukah kamu kalau Indonesia pernah memiliki rektor yang tak memiliki gelar sarjana?
Presiden Indonesia pernah memiliki wewenang mutlak memilih rektor universitas. Dahulu Presiden Soekarno pernah mengangkat seseorang yang hendak berkuliah di Universitas Syah Kuala (Unsyiah) menjadi rektor.
Rektor Unsyiah itu adalah Kolonel Mochamad. Jasin, Panglima Kodam I/Iskandar Muda. Presiden Soekarno melantik Jasin pada 27 April 1962.
Baca Juga: Bangun Pusat Data di Indonesia, Layanan Cloud Microsoft Sudah Dipakai Kementerian dan Startup
Saat itu, Unsyiah baru berdiri pada 2 September 1961. Mengutip Historia.id, Unsyiah resmi berdiri sesuai Kepres No. 161 tahun 1962 tanggal 24 April 1962.
Soekarno memilih Jasin karena berjasa membujuk Daud Beureuh, pimpinan DI/TII. Karena hal itu, Aceh bergabung dengan Indonesia dan tak lagi mendaku sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) bikinan Kartosuwirjo.
Saat pelantikan, Jasin tak mau mengenakan pakaian resmi akademik. Ia memilih menggunakan pakaian militer.
Jasin sebenarnya tak menyandang gelar sarjana. Ia pernah berkuliah di Universitas Padjadjaran Bandung, tetapi tak selesai karena tugas militer.
Saat Unsyiah baru berdiri, Jasin berniat berkuliah di Fakultas Hukum universitas tertua di Aceh itu.
Baca Juga: Puluhan Mahasiswa Demo Tolak Pengurangan Ruang Terbuka Hijau di Arboretum Sylva Untan
“Niat ini terpaksa saya tanggalkan juga, karena aneh bahwa seorang rektor juga menjadi mahasiswa di universitasnya sendiri,” tulis Jasin dalam buku Saya Tidak Pernah Minta Ampun kepada Soeharto.
Meski begitu, Jasin tak tenang menerima jabatan itu. Ia khawatir jabatannya itu dapat menimbulkan isu militer masuk kampus. Jasin mengaku menerima pengangkatannya karena keadaan darurat.
Sebagai rektor, Jasin memilih hanya mengurusi pencarian dana untuk kampus dan tak mau mengurusi langsung bidang akademik. Ia hanya diundang rapat bila para dosen membutuhkan keputusan rektor.
“Keadaan kurang aman cukup lama membuat kesulitan mencari dana. Untuk itu diperlukan kekuasaan yang dapat dengan cepat mengalirkan dana ke universitas. Dan tugas saya memang dalam bidang ini,” tulis Jasin.
Tak jelas ke mana ia mencari dana. Jasin sendiri berpendapat Unsyiah berdiri secara terpaksa tanpa tersedia dana.
Baca Juga: Hindari Penularan Covid-19, Peserta Yudisium Universitas Jember Diwakili Robot
Menurut Jasin, Unsyiah “merupakan penebusan kesalahan Bung Karno karena janjinya terhadap rakyat Aceh yang telah begitu banyak berjasa dalam menyumbang Republik, agak lama terabaikan.”
Jasin tak lama menjabat sebagai rektor. Ia selesai menjabat setelah mengajukan pindah pada Kasad Jenderal TNI Achmad Yani dan pindah tugas dari jabatan Panglima Kodam I/Iskandar Muda.
Drs. Marzuki Nyakman menggantikannya dan memimpin Unsyiah sebagai Ketua Presidium Unsyiah pada 2013.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.