WASHINGTON, KOMPAS.TV – Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, menyatakan bahwa vaksin Covid-19 buatan Johnson & Johnson (J&J) efektif sekitar 66% untuk mencegah Covid-19 tingkat sedang atau parah. Selain itu, vaksin ini efektif sekitar 85% untuk melawan Covid-19 di tingkat yang paling serius. Hal ini dinyatakan oleh regulator AS tersebut pada Rabu (24/2/2021).
Berbeda dengan vaksin Covid-19 buatan pabrikan lain yang biasanya membutuhkan dua dosis, vaksin J&J hanya membutuhkan satu kali dosis suntikan.
Selain itu, keunggulan lain dari vaksin J&J adalah tahan hingga tiga bulan di dalam lemari pendingin. Jika dibandingkan dengan pabrikan lain seperti Pfizer dan Moderna, kedua vaksin ini harus dibekukan hingga ke suhu yang sangat rendah.
Baca Juga: Jokowi Sebut Indonesia Negara Pertama di Asia Tenggara yang Memulai Vaksin Covid-19
Terobosan dalam vaksin J&J akan membuat vaksin ini lebih mudah digunakan untuk membantu mengendalikan pandemi Covid-19. Vaksin yang telah lama ditunggu-tunggu ini juga dapat memberikan tawaran yang lebih luas untuk mempecepat vaksinasi massal. FDA juga menyatakan vaksin J&J aman digunakan.
Namun demikian, analisis ini baru langkah pertama dalam evaluasi FDA. Pada Jumat (26/2/2021), penasihat independen akan memperdebatkan bukti-bukti sebelum mengeluarkan rekomendasi. Dengan rekomendasi ini, FDA diharapkan dapat membuat keputusan akhir dalam beberapa hari ke depan.
Dibandingkan dengan vaksin yang sebelumnya telah digunakan, Pfizer dan Moderna dinilai efektif sekitar 95 persen untuk perlindungan terhadap gejala Covid-19.
Dr. Paul Offit, ahli vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia, adalah salah satu penasihat FDA yang akan meneliti data J&J pada hari Jumat. Dia menyatakan, tidak ada vaksin yang bisa dibandingkan secara langsung. Namun, dia tetap mendorong bahwa satu dosis vaksin J&J bisa sama baiknya untuk mencegah penyakit serius, seperti pesaingnya yang menggunakan dua dosis.
Baca Juga: Brasil Mulai Produksi Vaksin Covid-19 AstraZeneca April Tahun Ini
“Ini adalah vaksin untuk mencegah Anda masuk ke rumah sakit. Vaksin ini juga mencegah kematian pada tingkat yang tentu saja sebanding dengan vaksin Pfizer dan Moderna,” katanya seperti dikutip dari the Associated Press.
J&J telah menguji vaksin dosis tunggal ini pada 44.000 orang dewasa di AS, Amerika Latin, dan Afrika Selatan. Namun demikian, analisis FDA memperingatkan, belum diketahui seberapa baik vaksin ini akan bekerja terhadap setiap varian virus corona.
Tetapi J&J sebelumnya mengumumkan bahwa vaksin tersebut bekerja lebih baik di AS, yaitu 72% efektif melawan Covid-19 sedang hingga parah, dibandingkan dengan 66% di Amerika Latin dan 57% di Afrika Selatan.
Afrika Selatan baru-baru ini mulai memberikan vaksin J&J kepada petugas kesehatan garis depan sebagai uji coba, setelah memutuskan bahwa vaksin dari AstraZeneca tidak menunjukkan hasil studi yang cukup kuat terhadap varian khusus yang menyebar di sana.
Baca Juga: WHO Resmi Setujui Vaksin Covid-19 AstraZeneca Untuk Penggunaan Darurat
“Saya diyakinkan bahwa meskipun ada varian yang berbeda, suntikan J&J masih tetap melindungi dari penyakit serius. Itu data yang cukup kuat,” kata Dr. Jesse Goodman dari Universitas Georgetown, yang juga merupakan mantan kepala vaksin di FDA.
Di semua negara, analisis menunjukkan bahwa perlindungan mulai muncul sekitar 14 hari setelah vaksinasi. Kemudian dalam 28 hari setelah vaksinasi, penelitian menunjukkan, tidak ada rawat inap atau kematian pada kelompok yang divaksinasi. Sedangkan kelompok yang mendapat suntikan tiruan (placebo), mengalami 16 rawat inap dan tujuh kematian.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.