WELLINGTON, KOMPAS.TV - Selandia Baru memperingati gemba bumi besar yang terjadi di Christchurch, yang terjadi 10 tahun lalu dan menewaskan 185 orang. Ratusan orang menghadiri kebaktian luar ruangan di Christchurch.
Ratusan warga Selandia Baru yang menghadiri acara ini tidak mengenakan masker dan tidak menjaga jarak sosial, karena saat ini hidup di Selandia Baru telah kembali seperti sebelum Covid-19. Kasus Covid-19 di Selandia Baru saat ini sudah terkendali dengan jumlah kasus aktif yang sangat minim.
Kini kota Christchurch telah dibangun kembali, setelah porak poranda karena gempa bermagnitudo 6,3 yang menghancurkan sebagian besar pusat kota.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan, penting untuk diingat bahwa sebanyak 87 korban merupakan orang asing, yang tidak bisa hadir dalam peringatan ini karena pembatasan perjalanan akibat virus Covid-19.
"Bendera kami dikibarkan setengah tiang untuk mereka hari ini juga," katanya seperti dikutip dari the Associated Press, Senin (22/2/2021).
Baca Juga: Selandia Baru Tarik Permanen Pasukannya Dari Afghanistan Setelah 20 Tahun Dukung AS Perangi Teroris
Walikota Christchurch Lianne Dalziel berbicara tentang 28 warga negara Jepang yang meninggal. Jumlah ini merupakan korban terbesar yang merupakan warga negara asing.
"Saya terutama ingin menyebutkan, semua anggota keluarga Jepang yang saya temui tahun lalu di Jepang dan yang sangat ingin berada di sini," katanya. "Kami selamanya terhubung dengan tragedi ini dan kami tidak melupakanmu bahkan ketika kami berpisah. Kamu tetap bersama kami,” ujar Dalziel.
Salah satu orang yang hadir dalam peringatan ini adalah Maan Alkaisi. Dia merupakan seorang profesor universitas, yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencoba untuk mengajukan tuntutan pidana terhadap mereka yang merancang gedung CTV yang runtuh ketika gempa. Korban dari runtuhnya gedung ini berjumlah 115 orang termasuk istrinya, Maysoon Abbas.
Baca Juga: Sejak Berlakukan Lockdown, Tak Ditemukan Kasus Covid-19 Lokal di Selandia Baru
Peninjauan setelah gempa menemukan bahwa desain bangunan itu cacat dan seharusnya pembangunannya tidak pernah disetujui.
“Hari ini memperingati 10 tahun ketidakadilan dan penganiayaan," kata Alkaisi. "Hari ini mengingatkan kita akan tanggung jawab kita untuk memastikan kita belajar dari pengalaman tragis ini dan menghormati orang-orang yang hilang, dengan memastikan impian mereka tetap hidup. Juga memastikan (kejadian) ini tidak akan terjadi lagi," ujarnya.
Upacara peringatan diadakan di tepian Sungai Avon, dan orang-orang melakukan hening sejenak pada pukul 12:51, saat gempa melanda pada 2011. Petugas layanan darurat dan lainnya secara bergiliran membacakan nama masing-masing korban.
Dalam momen yang menyentuh, Dalziel membacakan pesan dari Bob Parker, yang merupakan walikota pada saat gempa dan menjadi wajah tragedi yang dikenal secara internasional. Parker baru-baru ini menderita stroke dan menghadiri kebaktian di kursi roda.
Baca Juga: Vaksinasi COVID-19 di Selandia Baru Resmi Diluncurkan, Petugas Perbatasan Prioritas Pertama
Ardern mengatakan gempa telah mempengaruhi orang dalam banyak hal.
“Sepuluh tahun lagi akan ada orang yang masih menjalani kehidupan sehari-hari dengan bayang-bayang panjang hari itu,” ujarnya.
"Tapi saat kita melihat ke depan untuk dekade mendatang, saya melihat harapan, energi, dan optimisme," katanya. "Dan saya melihat Christchurch mengambil tempat yang selayaknya di antara kota-kota terbaik dan paling cemerlang di Selandia Baru."
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.