RIYADH, KOMPAS.TV – Pada Senin (15/2/2021), Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka berencana untuk menghentikan penandatanganan kontrak dengan perusahaan asing yang tidak memiliki kantor pusat di kerajaan itu. Hal ini merupakan sebuah langkah yang sangat berani, mengingat persaingan bisnis yang ketat di wilayah Timur Tengah.
Keputusan akan mulai berlaku pada 1 Januari 2024 dan bertujuan untuk menarik investasi asing. Keputusan ini juga bertujuan untuk meningkatkan efisiensi belanja negara dan meningkatkan lapangan kerja lokal. Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat, seperti dikutip dari Saudi Press Agency.
Baca Juga: Arab Saudi Batalkan Vonis Hukuman Mati atas Tiga Pemuda Pemrotes Pemerintah
Seperti dikutip dari the Associated Press, aturan tersebut berlaku untuk perusahaan asing yang berurusan dengan instansi pemerintah, lembaga dan dana.
Langkah ini dinilai dapat membuat Arab Saudi berselisih dengan Dubai, yang selama ini dianggap sebagai pusat komersial dan pariwisata di kawasan itu. Kota Dubai di Uni Emirat Arab telah lama menjadi markas bagi banyak perusahaan besar yang beroperasi di Teluk Persia yang kaya minyak.
Di tengah jatuhnya harga minyak global, Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah mempromosikan upaya untuk merombak ekonomi Saudi dan meliberalisasi masyarakatnya. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan masyarakatnya, untuk masa depan Arab Saudi yang tidak terlalu bergantung pada minyak bumi.
Baca Juga: Indonesia Ditolak Masuk ke Arab Saudi, Penyelenggara Umrah Mengeluh Baru Buka Tutup Lagi
Selama konferensi investasi profil tinggi pemerintah, yaitu Future Investment Initiative, yang diadakan bulan lalu, 24 perusahaan asing mengumumkan niat mereka untuk memindahkan kantor pusat regional mereka ke ibu kota Saudi, Riyadh.
Kerajaan Arab Saudi merupakan negara kaya yang secara historis mengandalkan cadangan minyak yang besar. Negara ini juga mensubsidi hidup sebagian besar warganya dengan gaji dari pemerintah.
Baca Juga: Tak Disangka! Gara-gara Suka Mi Instan, Putri Arab Saudi Mau Investasi di Indonesia
Namun dalam beberapa tahun terakhir, Pangeran Mohammed bin Salman telah berusaha untuk mengubah tatanan ekonomi dengan membangun berbagai sumber ekonomi lain di luar minyak bumi.
Beberapa sektor yang tengah mereka kembangkan adalah pariwisata, hiburan, dan bahkan kota futuristik di gurun yang disebut "Neom". Perubahan ini termaktub dalam rencana besar yang disebut sebagai Vision 2030.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.