MANILA, KOMPAS.TV - Filipina menyatakan bila Amerika Serikat harus bayar bila ingin memperpanjang pangkalan militer beserta pasukan di negara itu, yang sangat strategis bagi strategi militer AS di Asia.
Seperti dilansir Reuters, Jum'at (12/02/2021) Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam pidato di depan pasukan Filipina hari Jum'at mengatakan,"saya ingin memberitahu, bila ada agen AS disini, sejak saat ini, anda ingin Kesepakatan Kunjungan Pasukan selesai? anda harus bayar."
Duterte menekankan,"(Memang) ini adalah tanggung jawab bersama, namun porsi tanggung jawab anda (AS) tidak gratis, karena bila pecah perang, kita semua yang membayar harganya," kata Duterte, menyitir peningkatan kegiatan militer AS dan China di Laut China Selatan.
Namun Duterte tidak menjelaskan dan mengatakan berapa banyak yang AS harus bayar.
Jangka waktu penarikan mundur pasukan AS dari Filipina sudah dua kali diundur, yang menurut pejabat Filipina untuk memberi kesempatan supaya bisa tercapai kesepakatan yang lebih baik.
Baca Juga: Filipina Protes UU China Yang Ijinkan Pasukan Penjaga Pantai Tembaki Kapal Asing
Kedutaan Besar AS di Manila sejauh ini belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar Duterte.
Militer Filipina ingin agar kesepakatan itu tetap ada karena selama ini sangat penting dalam meningkatkan kapabilitas militer negara itu melalui berbagai latihan militer bersama.
Pasalnya, militer Filipina saat ini sangat kekurangan sumber daya, tutur menteri pertahanan Filipina beberapa waktu lalu.
Pejabat Amerika Serikat dan Filipina bertemu hari Kamis, (11/02/2021) untuk membahas kembali kesepakatan dan mencari titik temu, pertama kalinya sejak Presiden AS Joe Biden memantapkan kembali aliansi kedua negara ditengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
Duterte mengatakan,"(AS) bebas menggerakkan pasukan mereka di negeri kita...kita tidak suka itu karena kita ingin tetap netral," sambil mengatakan,"Namun kegentingan situasi saat ini membuat kehadiran mereka saat ini disini dibutuhkan, dan saya oke dengan hal itu," tambahnya.
Hubungan AS dengan bekas koloninya di Asia Tenggara itu agak pelik saat Duterte naik ke tampuk kekuasaan tahun 2016, dimana Duterte kerap mengecam kebijakan luar negeri AS dan terbuka terhadap China.
Duterte kembali menegaskan dia ingin menghindar dari konfrontasi dengan China dalam isu klaim maritim yang menurut Duterte,"akan membawa kita ke sesuatu (kondisi) yang kita tidak akan bisa jangkau,"
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.