MOSKOW, KOMPAS.TV - Rusia memutuskan mengusir tiga diplomat yang berasal dai Jerman, Swedia dan Polandia, karena dituduh mendukung tokoh oposisi, Alexey Navalny.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengungkapkan ketiganya ambil bagian dalam demonstrasi ilegal pada 23 Januari lalu.
Keputusan pengusiran itu keluar beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell bertemu demgan Menlu Rusia, Sergei Lavrov di Moskow.
Baca Juga: Jamaika Alami Kelangkaan Ganja, Petani Mengeluh Namun Regulator Ganja Bantah Pasokan Mulai Langka
Negara-negara para diplomat tersebut pun mengutuk pengusiran tersebut, begitu juga dengan UE.
Seperti dilansir dari BBC, Jerman menegaskan pengusiran itu tak bisa dibenarkan dan mengecamnya.
Mereka juga tak akan menjawab jika Rusia tak mempertimbangkannya kembali.
Baca Juga: Perbudakan Seks Terbongkar di Australia, Gadis-Gadis Muda Dibius dan Dipaksa Jadi PSK
Sementara itu, Swedia mengatakan tuduhan bahwa diplomatnya ikut serta dalam protes pada 23 Januari tidak berdasar.
Pihak Swedia pun menegaskan pihaknya berhak atas tanggapan yang sesuai.
Sedangkan Polandia mengatakan pengusiran itu bisa mengarah pada krisis yang semakin dalam pada hubungan bilateral.
Baca Juga: Kakek Ini Tewas saat Siaran Langsung ketika Lakoni Tantangan Minum Vodka
Baik Jerman dan Polandia mengatakan mereka telah memanggil duta besar Rusia untuk menyatakan keprihatinan atas pengusiran tersebut.
Hal itu diyakini sebuah langkah yang mungkin dapat mengarah pada tindakan balas dendam dan lebih banyak diplomat dipulangkan.
Pihak UE pun mengungkapkan mengutuk keras keputusan dari Rusia tersebut dan dan menolak tuduhan bahwa mereka melakukan kegiatan yang tak sesuai dengan status mereka sebagai diplomat asing.
Baca Juga: Viral, Foto Monyet yang Sedang Bekerja di Universitas saat Tengah Libur
Sementara itu, Lavrov mengatakan sanksi Eropa atas perlakuan Navalny tidaklah sah.
Navalny ditangkap pihak Rusia seteah tiba di Bandara Moskow, bulan lalu , setelah tiba dari Jerman.
Demonstrasi atas penangkapan Navalny terjadi di seluruh Rusia pada 23 dan 31 Januari, dan menyebabkan ribuan orang ditangkap.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.