WASHINGTON, KOMPAS.TV - Laporan mengenai wanita Muslim Uighur yang diperkosa dan disika di Kamp Penahanan China, membuat Amerika Serikat (AS) buka suara.
Pihak AS mengutuk keras terjadinya hal itu dan menegaskan akan adanya konsekuensi serius jika terbukti terjadi.
Tuduhan adanya pemerkosaan dan penyiksaan itu beradasarkan laporan mantan penghuni dan juga penjaga di kamp tersebut kepada BBC.
Baca Juga: Kudeta Myanmar: Tokoh Junta Militer yang Jadi Menteri Menyusul Kudeta Terhadap Pemerintah Myanmar
Melalui Kementerian Luar Negerinya, AS menegaskan sangat terganggu dengan kekejaman tersebut.
“Kami sangat terganggu dengan laporan termasuk testimoni, mengenai pemerkosaan dan pelecehan seksual yang sistematik terhadap wanita di di kamp penahanan bagi etnis Uighur dan Muslim lainnya di Xinjiang,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri AS dikutip dari BBC.
“Kekejaman ini mengejutkan hati Nurani dan harus dihadapi dengan konsekuensi yang serius,” tambahnya.
Baca Juga: Kudeta Myanmar: Junta Militer Blokir Facebook Untuk Bungkam Perlawanan
Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne turut serta berkomentar dalam kasus tersebut.
Dia bahkan meminta agar PBB harus secepatnya diberikan akses untuk memeriksa apa yang terjadi di kawasan tersebut.
“Kami berpikir transparansi menjadi yang paling penting dan terus meminta China mengizinkan pengamat internasional, termasuk Komisioner Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, Michelle Bachelet secepatnya diberikan akses yang tak terbatas ke Xinjiang,” katanya.
Baca Juga: Dituduh Impor Walkie Talkie Ilegal, Aung San Suu Kyi Hadapi Jeruji Besi
China sendiri langsung membantah tuduhan tersebut melalui Kementerian Luar Negerinya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Wang Wenbin menegaskan tuduan adanya pemerkosaan masal, pelecehan sekseual dan penyiksaan adalah berita palsu.
Dia menegaskan pemberitaan tersebut diungkap tanpa dasar faktual yang jelas.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.