Kompas TV internasional kompas dunia

Covid-19 Akan Tembus 100 Juta, WHO: Dunia Harus Vaksinasi Nakes dan Lansia di 100 hari pertama 2021

Kompas.tv - 26 Januari 2021, 13:48 WIB
covid-19-akan-tembus-100-juta-who-dunia-harus-vaksinasi-nakes-dan-lansia-di-100-hari-pertama-2021

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai 100 juta pekan ini, dan korban akan jauh lebih banyak bila seluruh negara tidak segera menyuntik vaksin kepada lansia dan tenaga kesehatan pada 100 hari pertama tahun ini (Sumber: APTN)

Penulis : Edwin Shri Bimo

 

JENEWA, KOMPAS.TV - Jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai 100 juta pekan ini, kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Angka kematian, apapun penyebabnya, akan selalu menjadi angka yang akhirnya hanya akan menjadi data statistik. Tanpa sorot mata, tanpa kerutan alis, tanpa senyum, tanpa seringai dan tanpa tangisan. Tanpa wajah. 

Korban akan jauh lebih banyak bila seluruh negara tidak segera menyuntik vaksin lansia dan tenaga kesehatan pada 100 hari pertama tahun ini, demikian peringatan dari Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. 

Baca Juga: Bawa AS Rujuk dengan WHO, Joe Biden Akan Gabung dengan Program COVAX

"Angka bisa membuat kita mati rasa terhadap apa yang ditunjukkannya: setiap orang yang meninggal adalah orang tua, pasangan, anak, teman seseorang," kata Tedros dalam konferensi pers WHO pada Senin (25/01/2021) seperti dilansir XInhua pada Selasa, (26/01/2021).

Lebih lanjut, Tedros mengutip dua laporan terbaru untuk menunjukkan tanpa akses yang setara dalam mendapatkan vaksin Covid-19, dunia akan menghadapi tidak saja kegagalan moral yang membahayakan, tetapi juga kegagalan ekonomi. Manusia tidak hanya mati karena Covid-19 namun juga karena mati kelaparan. 

Menurut sebuah laporan terbaru dari Organisasi Buruh Internasional (ILO), yang menganalisis dampak pandemi terhadap pasar tenaga kerja global, sekitar 8,8 persen jam kerja global hilang selama 2020.

Baca Juga: WHO Nobatkan Madinah Sebagai Kota Tersehat di Dunia, Ini Alasannya

Kondisi ini mengakibatkan penurunan pendapatan tenaga kerja di dunia setara 3,7 triliun dolar AS (1 dolar AS =14,082 rupiah). Laporan itu memproyeksikan bahwa sebagian besar negara akan pulih pada paruh kedua 2021, tergantung pada peluncuran vaksinasi.

Laporan tersebut juga merekomendasikan dukungan internasional untuk peluncuran vaksin di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, serta mendorong pemulihan ekonomi maupun lapangan kerja.

Laporan kedua, yang disusun oleh International Chamber of Commerce Research Foundation, menemukan bahwa nasionalisme vaksin dapat merugikan perekonomian global hingga 9,2 triliun dolar AS, di mana hampir separuhnya, yakni sekitar 4,5 triliun dolar AS, akan terjadi di perekonomian paling kaya.

Baca Juga: Amerika Serikat Umumkan Kembali Menjadi Anggota WHO, dan Dukung Penuh Penanganan Covid-19 Dunia

Sebaliknya, Access to COVID-19 Tools Accelerator (ACT Accelerator), inisiatif yang dipimpin oleh WHO, masih kekurangan uang 26 miliar dolar AS pada tahun ini, menurut Tedros.

Padahal menurut Tedros, jika didanai penuh, akan memberikan keuntungan (return) hingga 166 dolar AS untuk setiap dolar yang diinvestasikan.

"Nasionalisme vaksin mungkin membuahkan pemenuhan target politik jangka pendek. Namun, mendukung kesetaraan vaksin merupakan kepentingan ekonomi jangka menengah dan panjang setiap negara," kata Tedros. 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x