BOVEN DIGOEL, KOMPAS.TV - Masyarakat adat suku Auyu Papua melakukan protes di depan Kantor Bupati Boven Digoel, Papua pada Kamis (21/1/2021). Mereka meminta pembabatan hutan milik leluhur mereka berhenti.
Protes itu menyusul munculnya alat berat di sekitar hutan masyarakat adat Auyu Papua. PT Indo Asiana Lestari (IAL) mengendalikan alat-alat berat itu untuk membabat lebih dari 39 ribu hektar hutan masyarakat Auyu.
Proses pembabatan hutan ini adalah bagian dari proyek Tanah Merah. Proyek ini berencana mengubah hutan seluas 280 ribu hektar menjadi perkebunan sawit.
Baca Juga: Jokowi Tak Pernah Obral Izin Kebun Sawit, Begini Penjelasan Moeldoko
Egedius Pius Suam, kepala suku Auyu mengatakan, mereka belum mengetahui apakah IAL telah mengantongi izin membabat hutan mereka.
“Karena itu kami mendesak pemerintah dan anggota DPRD memanggil perusahaan itu dan meminta mengecek izinnya. Kalau mereka tak bisa menemukan perizinan secara jelas, maka saya minta sanksi diberikan dan perusahaan itu harus pergi,” kata Egedius pada Mongabay.com.
Frengky Hendrikus Woro, anggota suku Auyu menceritakan, masalah itu bermula saat IAL mendekati masyarakat setempat pada 2017.
IAL mendekati masyarakat dengan bantuan Fabianus Senfahagi, yang waktu itu menjabat Ketua Lembaga Adat (LMA) Boven Digoel. Beberapa anggota masyarakat Auyu menandatangi surat persetujuan agar IAL dapat beroperasi di sana.
Fabianus dan pihak perusahaan menjanjikan akan memberi timbal balik pada masyarakat Auyu bila mau menandatangi surat persetujuan. Timbal balik itu berupa pembayaran uang bulanan, akses air bersih, dan rumah yang layak.
Baca Juga: Kontak Tembak dengan KKB, Satu Anggota TNI Meninggal Dunia di Intan Jaya Papua
Namun, janji itu disampaikan saat pertemuan yang dijaga sembilan anggota kepolisian. Selain intimidasi, orang-orang yang memberi tandatangannya juga buta huruf dan tak bisa membaca isi surat yang mereka tandatangani.
“Kasian ada orang yang setuju karena mereka tidak paham. Banyak masyarakat di desa ini tidak bisa membaca dan menulis jadi menurut saya perusahaan menipu mereka,” kata Frengky.
Fabianus, Direktur IAL Muhammad Yakub Abbas, serta pihak IAL tak memberi penjelasan ketika ditanyai.
Egedius mengaku mendapat ancaman pembunuhan setelah ikut melakukan protes atas IAL. Anggota LSM setempat Pusaka yang mendukung protes itu juga menerima beberapa ancaman pada November 2020.
Tak diketahui pasti siapa pemilik IAL. Fakta ini juga ditemukan pada banyak perusahaan di bawah proyek Tanah Merah.
Investigasi Mongabay menunjukkan, 95 persen saham IAL dimiliki Mandala Resources, sebuah perusahaan cangkang yang terdaftar di Kota Kinabalu, Malaysia. Tak jelas siapa pemilik saham perusahaan itu.
Sementara, sisa saham IAL dimiliki PT Rimbunan Hujan Plantations milik Muhammad Yakub Abbas, pengusaha asal Sulawesi Selatan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.