JAKARTA, KOMPAS.TV - Di balik keberhasilan misi kemanusiaan mencari korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182, para penyelam, personel pendukung serta armada TNI terus jadi buah bibir.
Sriwijaya Air SJ-182 hilang kontak di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu (9/01/2021) sekitar pukul 14.40 WIB. Hanya 4 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Di misi ini, selain menerjunkan pasukan khusus penyelaman, TNI juga mengerahkan sejumlah KRI. Yang menjadi sorotan adalah KRI Rigel 933 yang berhasil menemukan titik lokasi jatuhnya pesawat dan dua sinyal black box SJ-182.
Ini bukan pertama kali KRI Rigel berhasil temukan titik pesawat yang jatuh di perairan. Pada Oktober 2018, KRI Rigel juga berperan menemukan lokasi jatuhnya Lion Air JT610 di perairan Karawang.
KRI Rigel adalah kapal buatan Perancis yang memiliki beragam perlengkapan canggih dengan kategori multipurpose research vessel (MPRV).
KRI Rigel satu dari dua kapal survei terbaru yang dimiliki TNI AL. Bersama KRI Spica 944, KRI Rigel jadi kapal survei termodern di Asia Tenggara.
KRI Rigel memiliki beragam kelengkapan canggih: seperti ROV atau remotely operated vehicle atau wahana robot bawah air yang dapat dikendalikan dari kapal dengan jangkauan 1.000 meter.
KRI Rigel juga memiliki magnetometer, yakni alat pendeteksi logam dan anomali magnetik untuk memberikan informasi spasial dengan jangkauan 1.000 meter.
Perlengkapan lainnya mencakup kemampuan memproses tiga dimensi dasar laut sampai 6.000 meter, dan informasi mineral sampai di bawah permukaan laut.
Tak cuma kehebatan penyelam TNI AL, kekuatan serta kekompakan Tim SAR gabungan juga diapresiasi banyak pihak.
Operasi kemanusiaan Sriwijaya Air SJ-182 dilaporkan melibatkan 53 kapal, 13 pesawat dan lebih dari 2.600 personel dari TNI, Polri, Basarnas, Bakamla, Kemenhub, BPPT, PMI, relawan/komunitas dan pemerintah daerah.(*)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.