NEW YORK, KOMPAS.TV - Sinovac Biotech buka suara tentang efektivitas vaksin mereka, CoronaVac, yang saat ini digunakan besar-besaran dalam program vaksinasi Covid-19 di Indonesia, Brazil, dan Turki serta negara lain.
Bloomberg hari Senin (18/01/2021) melaporkan pernyataan Sinovac yang mengatakan terlepas dari data hasil uji klinis yang tidak konsisten, vaksin mereka lebih efektif mencegah penularan bila vaksin yang terdiri dari dua kali suntikan itu diterapkan pada rentang waktu yang lebih lama.
Hampir 1,400 dari 13,000 sukarelawan yang ambil bagian pada uji klinis vaksin Sinovac di Brazil menerima suntikan mereka pada rentang waktu tiga minggu, sementara sisanya menerima suntikan kedua para rentang waktu dua minggu.
Tingkat perlindungan pada kelompok 1,400 sukarelawan (rentang suntikan tiga minggu) hampir 20 persen lebih tinggi dibanding tingkat perlindungan atau efektifitas 50,4 persen pada kelompok yang lebih besar (rentang suntikan dua minggu), ungkap Sinovac pada pernyataan tertulisnya merespon pemberitaan Bloomberg.
Baca Juga: Kemanjuran Vaksin Sinovac 63 Persen, Mengapa Tetap Dipilih? Ini Penjelasan Ahli
Pernyataan itu muncul setelah CoronaVac dilaporkan memiliki tingkat kemanjuran/efikasi yang jauh berbeda pada empat uji klinis di lokasi berbeda-beda.
Fakta tersebut memunculkan kekhawatiran apakah vaksin tersebut akan efektif dalam menghadang penularan virus Corona penyebab Covid-19 pada kampanye vaksinasi besar-besaran di beberapa negara yang merupakan titik pusat penularan.
Presiden Indonesia Joko Widodo minggu lalu menerima suntikan pertama minggu lalu, sementara Brazil hari Minggu (17/01/2021) memberi persetujuan dan izin penggunaan darurat vaksin Sinovac.
Dalam pernyataan tertulisnya, Sinovac juga menekankan, peserta Uji Klinis Tahap III di Brazil adalah tenaga kesehatan yang sehari-hari merawat pasien Covid-19, dimana mereka menghadapi resiko penularan yang jauh lebih besar dari virus yang sangat menular itu. Brazil menggelar uji klinis CoronaVac terbesar di dunia.
Baca Juga: Brasil Setujui Penggunaan Sinovac dan AstraZaneca, Tolak Penggunaan Sputnik V
“Kemampuan vaksin melindungi tenaga kesehatan pada masa pandemi aktif dapat meningkat tajam bila disuntikan dengan rentang waktu 21 hingga 28 hari,” kata Sinovac dalam pernyataannya kepada Bloomberg.
Vaksin buatan Pfizer Inc. dan Moderna Inc. memiliki kemanjuran/efikasi lebih dari 90 persen berdasarkan hasil uji klinis final yang dilakukan kepada kelompok dengan identitas beragam.
Sebelumnya Sinovac memberi indikasi bahwa prevalensi tenaga kesehatan pada uji klinis di Brazil adalah penyebab kenapa tingkat kemanjuran/efikasi vaksin mereka sangat rendah.
Suntikan vaksin pada ujicoba minimal harus 50 persen efektif dalam mencegah penularan bergejala (symptomatic) dari Covid-19 sebelum vaksin tersebut bisa mendapat persetujuan untuk digunakan.
Angka itulah yang menjadi pegangan Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan banyak badan pengatur obat-obatan di dunia.
Baca Juga: Vaksin Corona Sinovac Boleh Digunakan Padahal Uji Klinis Fase III Belum Selesai, Ini Kata BPOM
Detail baru yang diberikan Sinovac ini memberi indikasi bahwa vaksin mereka, CoronaVac, berada di atas ambang batas efektifitas minimal dalam mencegah penyakit pada mereka yang mendapat suntikan. Namun pada saat yang sama beresiko menambah kebingungan pada vaksin tersebut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.