JAKARTA, KOMPAS.TV- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melansir wilayah Mamuju dan Majene di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) kembali diguncang gempa pada Senin siang (18/1/2021) pada pukul 12.11 WITA dengan kekuatan M 4.2.
BMKG pun mencatat, gempa susulan tersebut merupakan gempa ke-39 kali sejak gempa pertama kali pada Jumat (15/1/2021) lalu. Meski masih sering terjadi gempa susulan, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BKMG Daryono menyebut bahwa gempa susulan cenderung melambat namun masih bisa terjadi lagi.
Menurut Daryono, meski gempa yang terjadi sudah mencapai 39 kali, peristiwa gempa Mamuju dan Majene diakuinya punya produktivitas gempa susulan yang melambat.
Baca Juga: Hingga Hari Kelima, Mamuju-Majene Sudah Diguncang 39 Kali Gempa
“Tidak semestinya gempa kuat bermagnitudo 6,2 pada hari ke-5 baru terjadi 39 gempa susulan,” imbuh Daryono seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (18/1/2021).
Sebab, ungkap Daryono, umumnya gempa kategori kerak dangkal dengan kekuatan di atas 6,0, biasanya pada hari ke-5 sudah mendekati 100 kali gempa susulan.
“Melihat produktivitas gempa susulan yang rendah ini, kita berharap ini sebagai pertanda baik, meksipun kita tetap harus waspada,” ujar dia.
Baca Juga: Pemuda Galang Dana Untuk Bencana Longsor dan Gempa
Diharapkan kondisi minim gempa susulan ini, lanjut dia, terus berlangsung dan tidak terjadi gempa kuat lagi. Hingga selanjutnya kondisi tektonik di zona gempa kembali stabil dan kembali normal.
“Meskipun harapan kita tidak akan muncul gempa kuat lagi, gempa susulan dengan kekuatan kecil lazimnya masih akan terjadi,” jelasnya.
Hal ini dikarenakan, tutur Daryono, saat terjadi gempa utama atau mainshock, tercipta deformasi kerak bumi yang menimbulkan pergeseran blok batuan cukup luas di bawah permukaan.
Pergesaran besar blok batuan ini akan memicu terjadinya ketidakseimbangan gaya tektonik di zona gempa.
Baca Juga: Ke Lokasi Pengungsian Gempa Mamuju-Majene, Doni Monardo Bawa Alat Test Cepat Antigen, Untuk Apa?
Pasalnya, sebagaimana biasanya paska terjadi gempa kuat akan timbul gaya-gaya tektonik yang menggerakkan kembali blok batuan untuk mencari keseimbangan baru menuju kondisi stabil.
Untuk mendapatkan posisi tersebut, maka pergeseran kembali blok-blok batuan secara tiba-tiba yang dimanifestasikan sebagai gempa susulan.
“Fenomena ini akan terus terjadi hingga kondisi kesetimbangan tektonik terwujud dan selanjutnya kondisi batuan benar-benar kembali stabil dan menjadi aman kembali,” tandas Daryono.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.