Inggris Setujui Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Buatan Moderna

LONDON, KOMPAS TV - Pemerintah Inggris memberi persetujuan ijin penggunaan darurat bagi vaksin Covid-19 buatan Moderna, vaksin ketiga di negara itu yang mendapat persetujuan untuk digunakan kepada publik menghadapi badai penularan Covid-19 di negara itu, demikian dilaporkan Associated Press Jum'at (08/01/2021).

Kementerian Kesehatan Inggris hari Jum'at (08/01/2021) menyatakan vaksin Covid-19 buatan Moderna itu memenuhi "standar ketat keamanan, kemanjuran, dan kualitas.". 

Inggris memesan tambahan 10 juta dosis vaksin buatan Moderna, sehingga total pesanan menjadi 17 juta dosis, dan diperkirakan akan tiba musim semi tahun ini. 

Baca Juga: Uni Eropa Setujui Vaksin Covid-19 Buatan Moderna, Dapat Segera Digunakan

Sejauh ini Inggris sudah memberi suntikan pertama vaksin Covid-19 kepada 1,5 juta orang menggunakan vaksin buatan Pfizer dan BioNTech serta vaksin buatan AstraZeneca dan Universitas Oxford. 

Inggris berambisi memvaksinasi15 juta orang pertengahan Februari nanti. 

Kepala Pelayanan Kesehatan Nasional Inggris NHS Simon Stevens hari Kamis (07/01/2021) mengatakan, tekanan terhadap rumah sakit di London dan Inggris bagian Tenggara sangat akut sehingga rumah sakit darurat Nightinghale akan dibuka minggu depan di London. 

Baca Juga: FDA Amerika Serikat Resmi Setujui Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Buatan Moderna

"Seluruh pelayanan kesehatan di London dimobilisasi penuh untuk melakukan seluruh upaya yang bisa dilakukan, namun tingkat penularan dan laju masuknya pasien ke rumah sakit adalah yang paling penting diatasi oleh negara," tambah Simon. 

Catatan Inggris untuk tingkat kematian saat ini adalah sama dengan hari-hari terburuk saat permulaan pandemi. Hari Kamis, kemarin, pemerintah Inggris mencatat 1,162 orang meninggal dalam kurun waktu 28 hari sejak dipastikan positif tertular Covid-19. 

Sejak awal pandemi Covid-19, Inggris menderita 78,508 orang meninggal dunia menurut pantauan Universitas Johns Hopkins, dan merupakan tingkat kematian tertinggi di Eropa terkait Covid-19 dan nomor 5 paling parah di dunia.