SANA’A, KOMPAS.TV - Perdana Menteri (PM) Yaman, Maeen Abdulmalik Saeed buka suara terkait serangan rudal di Bandara Aden.
Menurutnya, serangan tersebut dimaksudkan untuk menghabisi pemerintahan baru Yaman yang baru tiba dari Arab Saudi.
Sedikitnya, 25 orang tewas dan 110 orang lainnya luka-luka karena ledakan, setelah pesawat yang mengangkut Saeed dan anggota kabinet pemerintahan baru Yaman tiba.
Baca Juga: Dikira telah Mati Selama 8 Tahun, Anjing Ini Bisa Bereuni dengan Majikannya di Malam Tahun Baru
Bagi Saeed ini menjadi pertama kalinya dia bersuara setelah serangan, yang disebutnya dilakukan oleh pemberontak yang didukung gerakan Houthi Iran.
“Ini adalah serangan teroris besar dan dimaksudkan untuk mengeliminasi pemerintahan. Ini merupakan pesan yang bertolak belakang dengan perdamaian dan stabilitas di Yaman,” katanya dikutip dari AP.
Pemerintahan baru Yaman dibentuk pada Desember lalu, untuk mengakhiri keretakan politik berbahaya dengan kelompok separatis selatan yang didukung oleh Uni Emirat Arab (UEA).
Baca Juga: Rusia Kembangkan Misil yang Bisa Hancurkan Semua Sistem Pertahanan, Uji Coba Akan Dilakukan
Saeed mengungkapkan bahwa teknik yang digunakan dalam serangan rudal di bandara adalah ciri khas dari strategi Houthi.
Namun, pihak Houthi membantah bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Mereka malah menyalahkan grup pemberontak yang berkoalisi dengan Arab Saudi.
Baca Juga: Teroris Muda yang Berencana Penggal Polisi akan Segera Dibebaskan
Houthi sendiri memang pernah melakukan serangan yang sama di masa lalu.
Mantan Perdana Menteri Yaman, Khaled Bahah dan anggota kabinetnya berhasil selamat dari serangan rudal di Hotel Arden pada 2015.
Kala itu mereka menyalahkan pihak Houthi. Tahun lalu, Houthi juga menembakkan rudal ke arah parade militer dari milisi yang loyal ke UEA di Aden, dan membunuh lusinan orang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.