SANAA, KOMPAS.TV – Sebuah ledakan besar terjadi di bandara di kota Aden di Yaman selatan pada Rabu (30/12), sesaat setelah sebuah pesawat yang mengangkut anggota kabinet baru mendarat di sana. Akibat ledakan tersebut, sedikitnya 16 orang tewas dan 60 lainnya luka-luka.
Masih belum jelas dari mana ledakan tersebut berasal dan belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan di bandara di Aden. Tak ada seorang pun penumpang dalam pesawat yang ditumpangi rombongan kabinet Yaman terluka.
Associated Press melaporkan, para anggota delegasi pemerintah Yaman tengah berjalan keluar dari pesawat ketika sebuah ledakan mengguncang bandara. Para menteri Yaman yang baru terlihat berlarian kembali ke dalam pesawat dan berlari mencari perlindungan. Asap tebal tampak mengepul dari dekat sebuah bangunan terminal bandara. Para petugas di lokasi bandara mengaku melihat sejumlah jenazah di aspal dan sejumlah tempat di bandara.
Baca Juga: Arab Saudi Kembali Tutup Perbatasan Udara, Darat dan Laut Selama Satu Minggu
Menteri Komunikasi Yaman Nauib al-Awg, yang berada di dalam pesawat rombongan pemerintah, mengatakan, ia mendengar dua kali ledakan, dan mengira ledakan tersebut berasal dari sejumlah drone. Perdana Menteri Yaman Maeen Abdulmalik Saeed beserta rombongan menteri segera dilarikan dari bandara ke Istana Mashiq di Aden.
“Sungguh merupakan sebuah bencana jika pesawat kami yang dibom,” katanya, bersikeras bahwa pesawat yang membawa rombongan pemerintah menjadi target serangan , karena sebenarnya pesawat tersebut dijadwalkan mendarat lebih awal.
Lewat twitternya, Saeed menyatakan bahwa dirinya dan kabinetnya selamat dan tidak mengalami luka. Ia menyebut ledakan tersebut sebagai aksi teroris pengecut terhadap Yaman.
Baca Juga: Trump Lontarkan Ancaman ke Iran Seusai Kedutaan Besar AS di Irak Diserang Roket
Mohammed al-Roubid, wakil kepala Kantor Kesehatan Aden menyatakan, sedikitkan 16 orang tewas dalam ledakan tersebut dan 60 orang lainnya luka-luka.
Menurut seorang petugas keamanan Yaman, tiga orang pekerja Palang Merah terluka, meskipun belum jelas kewarganegaraan ketiga korban tersebut.
Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Yaman, Martin Griffiths, mengutuk serangan tersebut dan menyebutnya sebagai “tindakan kekerasan yang tidak dapat diterima. Ia mencuitkan, “Ini adalah pengingat tragis tentang pentingnya membawa kembali Yaman segera ke jalannya menuju perdamaian.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.