BOGOR, KOMPAS TV - Tokoh konservasi Indonesia Widodo Sukohadi Ramono meninggal dunia hari ini pukul 11.00 di Rumah Sakit BSH Bogor. Almarhum wafat pada usia 75 tahun meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak.
Widodo Sukohadi Ramono adalah salah satu tokoh utama perintis konservasi Badak Jawa dan Badak Sumatera, yang saat ini meninggalkan warisan berupa konservasi badak di Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Way Kambas, dua lokasi utama populasi Badak yang tersisa di Indonesia.
Widodo Ramono terkenal ke seluruh dunia karena berhasil memimpin upaya pembiakan berbasis konservasi dari Badak Sumatera di Suaka Rhino Sumatera. Seekor Badak bernama Andatu lahir tahun 2012, merupakan badak Sumatera pertama yang lahir di fasilitas pengembangbiakan di Asia dalam lebih dari 124 tahun. Setelah itu badak kedua lahir tahun 2016 dan diberi nama Delilah oleh presiden Joko Widodo.
Saat ini Badak Jawa tersisa dibawah 80 ekor dan badak Sumatera diyakini tersisa dibawah 80 ekor. IUCN memasukkan Badak Jawa dan Badak Sumatera ke dalam kategori Kritis Diambang Kepunahan.
Sepanjang hidupnya, Widodo Ramono memusatkan diri untuk membantu pemerintah Indonesia menyelamatkan Badak Jawa dan Badak Sumatera serta habitat asli mereka terutama di Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Taman Nasional Way Kambas Lampung.
Berbagai negara dan lembaga internasional membantu pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, untuk menyelamatkan Badak Jawa dan Badak Sumatera dari kepunahan.
Saat ini, pemerintah Indonesia dibantu dunia internasional seperti TFCA, International Rhino Foundation, Global Wildlife Conservation, dan konsorsium LSM internasional berjibaku dan bahu-membahu menyelamatkan Badak Sumatera dari kepunahan di Sumatera.
Kepakaran dan puluhan tahun pengalaman lapangan Widodo Ramono tentang konservasi badak melewati batas negara, dimana Widodo sangat dihormati di dunia internasional dan menjadi rujukan banyak ahli dan pakar biologi serta konservasi badak internasional. Semasa hidup, Widodo menerima berbagai penghargaan nasional dan internasional.
Diantaranya menerima penghargaan IUCN Peter Scott Award for Conservation Merit tahun 2015. Penghargaan tersebut diberikan IUCN atas pekerjaan seumur hidup untuk menyelamatkan Badak Jawa dan Sumatera dari kepunahan, dari hari-harinya di lapangan di Taman Nasional Ujung Kulon, hingga komitmen teladannya sebagai pejabat senior pemerintah Indonesia, hingga kepemimpinannya di Yayasan Badak Indonesia.
IUCN adalah lembaga kolektif beranggotakan 1.400 organisasi serta 17.000 pakar. Keragaman dan keahlian yang luas ini menjadikan IUCN sebagai otoritas global mengenai status alam dan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaganya.
Almarhum Widodo Ramono juga mendapat penghargaan Knight of Order of the Golden Ark tahun 1991 dari Yayasan Golden Ark yang dipimpin Pangeran Bernhard di Belanda atas pengabdian Widodo memimpin konservasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon.
Almarhum sebelumnya tahun 2014 mendapat penghargaan IUCN WCPA Fred M. Packard, atas "layanan luar biasa untuk kawasan lindung dan konservasi".
Semasa hidup, Widodo Ramono dipercaya ditingkat dunia menjadi International Union for Conservation of Nature (IUCN) Survival Service Commission (SSC) – Asian Rhino Specialist Group, IUCN – SSC Asian Elephant Specialist Group/Deputy Chair, IUCN World Commission on Protected Areas (WCPA), sebagai Anggota Dewan Penasihat Borneo Orangutan Survival BOS Foundation, serta IUCN – SSC Crocodile Specialist Group, dan sempat aktif membantu The Nature Conservancy di Indonesia
Selain itu baru-baru ini, Widodo Ramono menerima penghargaan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Perayaan Hari Lingkungan Hidup tahun 2020 untuk unsur pendukung penguatan fungsi kawasan konservasi.
Hingga saat terakhirnya sebelum jatuh sakit pada akhir November lalu, Widodo masih bekerja di lapangan membantu pemerintah Indonesia dalam upaya penyelamatan badak Sumatera di propinsi Lampung.
Almarhum memenangkan pertarungan melawan infeksi Covid-19 dan dinyatakan secara resmi sembuh setelah menjalani perawatan selama dua minggu di Rumah Sakit Siloam Bogor.
Dalam masa pemulihan setelah dinyatakan negatif dan sembuh dari Covid-19, ditemukan bahwa pertarungan yang dimenangkan Widodo melawan Covid-19 menyisakan kerusakan dalam tubuh beliau, mengakibatkan komplikasi yang menyebabkan Widodo meninggal dunia.
Hingga akhir hayatnya, Widodo masih berkomunikasi menguatkan rekan-rekan pejuang konservasi badak untuk terus semangat dan menjaga kesehatan serta mematuhi protokol kesehatan.
Almarhum akan dimakamkan di Giri Tama Bogor hari Jum'at (25/12/2020) pukul 09.00 pagi
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.