JAKARTA, KOMPAS.TV - Front Pembela Islam (FPI) dan keluarga mengizinkan Komnas HAM jika memiliki rencana melakukan autopsi enam jenazah anggota Laskar FPI.
Hal ini diungkap oleh Kuasa Hukum FPI Aziz Yanuar usai pertemuan dengan Komnas HAM di kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat, Senin (21/12/2020).
Menurut Aziz, FPI dan keluarga menunggu apa yang dibutuhkan oleh Komnas HAM. "Pada prinsipnya menyerahkan rencana autopsi jenazah kepada Komnas HAM," kata Aziz.
Baca Juga: Bareskrim Polri Periksa 78 Saksi Telusuri Kasus Tewasnya 6 Laskar FPI Saat Kawal Rizieq Shihab
Namun hal ini, kata Aziz, bukan merupakan autopsi ulang. Karena sebelumnya pihak keluarga tidak pernah mengizinkan pihak kepolisian untuk melakukan autopsi terhadap enam jenazah.
Hal itu dibenarkan oleh salah satu keluarga anggota Laskar FPI Faiz Ahmad Syukur, Suhada.
Menurut Suhada, pihak kepolisian memang sempat meminta izin untuk melakukan autopsi jenazah Faiz. Namun permintaan yang dilakukan melalui telepon itu ditolak oleh Suhada.
"Kami tidak pernah izinkan polisi melakukan autopsi pada jenazah," ucap Suhada.
Pada hari ini, keluarga anggota Laskar FPI yang tewas tertembak di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek mendatangi Komnas HAM.
Didampingi Pusat Hak Asasi Musim Indonesia (Pushami) selaku kuasa hukum, pihak keluarga menyerahkan bukti yang dikumpulkan FPI atas penembakan enam anggota Laskar FPI.
Bukti tersebut termasuk dokumentasi kondisi jenazah para anggota Laskar FPI.
"Bahwa juga disampaikan pada kesempatan tersebut fakta-fakta dan kronologis kejadian malam saat kejadian penguntitan yang berujung pembantaian 6 syuhada, termasuk juga rangkaian peristiwa penguntitan dan teror terhadap IB HRS (Imam Besar Habib Rizieq Shihab) dan keluarga sebelum kejadian yang kami duga kuat merupakan satu rangkaian dengan tragedi km 50 malam itu," ujar Sekretaris Bantuan Hukum DPP FPI Aziz Yanuar dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/12/2020).
Baca Juga: Komnas HAM Periksa 3 Mobil yang Terlibat Penembakan Laskar FPI
Tidak hanya itu, pihak keluarga korban juga menyampaikan berbagai keluhan atas kasus yang dianggapnya sebagai pelanggaran HAM berat tersebut.
"Termasuk perasaan tertekan dan teror yang dialami, antara lain akibat panggilan-pangilan polisi sehubungan dengan kasus yang diduga objeknya adalah para syuhada, ini sangat membuat keluarga syuhada tertekan," jelas Azis.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.