WELLINGTON, KOMPAS.TV – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah memporakporandakan hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Banyak negara di dunia tidak siap dan terpukul, baik dari sektor kesehatan maupun ekonomi, tak terkecuali negara-negara maju.
Namun setelah melewati pandemi selama hampir 10 bulan, ada satu negara yang mencuri perhatian dan membuat iri negara-negara lainnya. Negara itu berada di tengah samudera Pasifik, di bumi bagian selatan, yaitu Selandia Baru. Selandia Baru, kerap dianggap sebagai salah satu negara yang paling berhasil menghadapi pandemi Covid-19.
Respon cepat negara ini di awal pandemi dengan melakukan lockdown, terbukti berhasil untuk meratakan kurva Covid-19. Negara berpenduduk 5 juta orang itu hanya menghitung 25 kematian akibat Covid-19 dan berhasil membasmi penyebaran virus dalam komunitas.
Baca Juga: Tak Ada Kasus Covid-19 Baru Dalam Komunitas, Di Selandia Baru Sudah Tidak Wajib Pakai Masker
Kini masyarakat Selandia Baru telah hidup normal kembali, anak-anak sudah kembali ke sekolah, karyawan dapat kembali bekerja dan penggemar olahraga telah kembali memenuhi stadion. Tanpa harus menjaga jarak sosial, tanpa perlu memakai masker.
Keberhasilan ini, awalnya didorong oleh ketakutan dan juga ambisi Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern. Dalam wawancara yang dikutip dari the Associated Press, Rabu (16/12/2020), Ardern mengatakan, target tersebut tumbuh dari pemikiran awal yang memahami bahwa sistem kesehatan di negara ini tidak akan mempu mengatasi jika terjadi wabah besar.
Menurut Ardern, ketika virus mulai menyerang Eropa pada awal tahun ini, hanya terdapat dua opsi yang harus dipilihnya. Pilihan pertama adalah menerapkan herd immunity atau kekebalan kawanan, sedangkan pilihan kedua adalah meratakan kurva kasus Covid-19. Dia kemudian memilih yang terakhir.
“Awalnya, di situlah kami memulai, karena tidak ada banyak pandangan bahwa eliminasi virus adalah sesuatu yang mungkin dilakukan,” katanya.
“Saya ingat ketika kepala penasihat sains saya membawakan grafik yang menunjukkan kepada saya, seperti apa tampilan kurva itu untuk Selandia Baru. Juga ada garis yang menunjukkan kapasitas rumah sakit kami, kurva Covid-19 tidak berada di bawah garis itu. Jadi kami tahu bahwa meratakan kurva saja tidak cukup bagi kami. "
Ardern mengatakan dia tidak khawatir jika eliminasi virus mungkin mustahil dilakukan. Karena menurutnya, meskipun Selandia Baru tidak akan bisa mengeliminasi virus, tapi setidaknya pendekatan yang ia lakukan tetap akan menyelamatkan banyak nyawa.
Penutupan perbatasan dan penguncian ketat yang dilakukan Selandia Baru pada bulan Maret berhasil menyingkirkan penyakit tersebut. Selandia Baru sempat menjalani 102 hari berturut-turut tanpa penularan yang terjadi dalam komunitas. Tetapi kemudian wabah datang kembali pada bulan Agustus di Auckland. Hingga kini, sumber penyebaran kedua masih belum bisa dijelaskan, namun kemungkinan besar berasal dari luar negeri.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.