MARKAS BESAR PBB, KOMPAS TV – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus hari Jum’at (04/12/2020) waktu New York menyatakan, “Dunia bisa mulai mengimpikan akhir dari pandemi,” menyusul hasil positif berbagai uji coba vaksin Covid-19. Namun Tedros menekankan, negara yang kuat dan kaya tidak boleh mengesampingkan dan menginjak-injak negara miskin dalam “perebutan vaksin”.
Dalam pidatonya di depan persidangan tingkat tinggi pertama Majelis Umum PBB yang membahas pandemi, Dirjen WHO memperingatkan, walau virus bisa dihentikan namun “jalan yang membentang di depan masih penuh rintangan,”
Seperti dilaporkan Associated Press dalam pidatonya Tedros mengatakan, pandemi menunjukkan ‘sisi terbaik dan sisi terburuk’ dari kemanusiaan, sambil menunjukkan banyaknya,’tindakan penuh kasih dan pengorbanan diri, kejutan di bidang inovasi dan sains dan solidaritas yang menghangatkan hati, namun juga memunculkan sisi terburuk seperti pengutamaan kepentingan pribadi, saling menyalahkan, dan perpecahan,”
Baca Juga: Pemimpin PBB dan Dunia Bertemu Untuk Mencari Jalan Akhiri Pandemi
Merujuk kepada lonjakan infeksi dan tingkat kematian terbaru, Tedros mengatakan tanpa menyebut nama negara, “dimana ilmu ditenggelamkan oleh teori konspirasi, dimana kemanusiaan dipecah belah, dimana pengorbanan digantikan oleh kepentingan diri sendiri, disitu virus terus bertumbuh, virus terus menyebar,”
Tedros memberi peringatan, vaksin ‘tidak akan menjawab kerapuhan yang terhampar hingga di akarnya,’ yaitu kelaparan, kemiskinan, ketidaksetaraan, dan perbahan iklim, yang dia katakan harus bisa diatasi setelah pandemi ini berakhir. Tedros mengatakan dalam pidato virtual pada pertemuan tingkat tinggi tersebut.
“Kita tidak bisa dan kita tidak boleh kembali kepada pola eksploitatif yang sama dari produksi dan konsumsi, kepada pengabaian terhadap bumi kita yang menopang seluruh kehidupan, kepada lingkaran kepanikan dan politik pecah belah yang menjadi bahan bakar dari pandemi ini,” tegas Tedros lebih lanjut.
Tentang vaksin Tedros mengatakan, 'Pancaran sinar di ujung terowongan itu secara bertahap makin terang,' namun vaksin 'harus dibagikan secara setara sebagai barang publik tingkat dunia, dan bukan sebagai komoditas pribadi yang bisa memperlebar ketidaksetaraan dan menjadi sebab tambahan makin tertinggalnya beberapa kelompok orang,'
Program ACT-Accelerator dari WHO yang bertujuan mempercepat pembuatan dan distribusi vaksin saat ini berada pada ‘kondisi berbahaya dimana hanya akan menjadi pertunjukan dari sikap mulia saja’ tanpa pembiayaan baru yang lebih besar.
Tedros menjelaskan, 4.3 miliar dollar AS dibutuhkan segera untuk membentangkan dasar-dasar pembelian massal dan pengiriman vaksin, sementara 23.9 miliar dollar AS akan dibutuhkan tahun 2021. Total dari jumlah itu, kata Tedros, tidak ada setengah dari satu persen angka paket stimulus kelompok G20, senilai 11 triliun dollar AS.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.