Kompas TV internasional kompas dunia

Rencana Unik Afrika Selatan, Redupkan Sinar Matahari untuk Hindari Bencana Kekeringan

Kompas.tv - 30 November 2020, 12:31 WIB
rencana-unik-afrika-selatan-redupkan-sinar-matahari-untuk-hindari-bencana-kekeringan
Bendera Afrika Selatan. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Haryo Jati

CAPE TOWN, KOMPAS.TV - Afrika Selatan diyakini telah menyiapkan rencana unik untuk menghindari bencana kekeringan yang mengancam negara tersebut.

Para ilmuwan Afrika Selatan dikabarkan berencana untuk meredupkan sinar matahari.

Meski terkesan tak masuk akal, para ilmuwan merasa yakin hal tersebut bisa dilakukan.

Baca Juga: Janji Erdogan, Perjuangkan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina

Skema otak rambut saat ini tengah disiapkan, dan akan melibatkan pemompaan sejumlah besar gas ke atmosfer di atas Cape Town untuk menjaga persediaan air.

Ketakutan akan “Hari Nol”, saat tak ada lagi cukup air untuk semua orang, telah melanda wilayah itu selama bertahun-tahun.

Menurut penelitian, dengan krisis iklim yang semakin mencengkram bumi, kemungkinan musim kekeringan seperti itu melanda Cape Town menjadi tiga kali lipat pada tahun 2100.

Baca Juga: Tulang Kaki Biden Patah Saat Bermain dengan Anjing

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal Environmental Research Leyyetrs, para ilmuwan dari Universitas Cape Town menguraikan cara unik tersebut untuk menghindari bencana kekeringan.

Dalam makalah mereka, para penelitik menyarankan untuk menyuntikkan partikel gas sulfur dioksida ke atmosfer atas bumi di atas Cape Town.

Gas akan membentuk awan besar di atas kota yang memantulkan sinar matahari, dan meredupkan lingkungan di tanah bawahnya.

Baca Juga: Inggris Siap Lakukan Vaksinasi Perdana Covid-19 Dalam Beberapa Hari ke Depan

Menurut peneliti, strategi itu dapat mengurangi kemungkinan kekeringan melanda Cape Town pada tahun 2100 mencapai 90 persen.

“Temuan kami menunjukkan bahwa menjaga suhu rata-rata global pada level 2020 melalui SAI akan mengimbangi proyeksi risiko di akhir abad, pada kekeringan "Hari Nol", di level yang diperkirkan mencapai 90 persen,” bunyi penelitian itu dikutip dari New York Post.

Namun, rencana itu diyakini sangat kontroversial karena akan memberikan dampak, baik terhadap iklim dan implikasi geopolitiknya.

Baca Juga: Terobosan Joe Biden sebagai Presiden AS, Tunjuk Tim Media yang Seluruhnya Wanita

Selain itu para ilmuwan menekankan bahwa temuan tersebut tak boleh dilihat sebagai alternatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Cape Town berada pada titik paling dekat dengan Hari Nol, pada 2017, ketika kekeringan yang terjadi dalam 384 tahun, membuat kapasitas air bendungan kota di bawah 13 persen.

Cape Town juga diyakini hanya berjarak beberapa pekan dari mematikan keran air untuk warga dan mengirim tentara untuk mendistribusikan air sebagai jatah harian.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x