MINSK, KOMPAS.TV - Setelah dihantam unjuk rasa berkepanjangan, Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko dikabarkan mulai berpikir untuk mundur.
Namun, pihak oposisi merasa curiga. Mereka menganggap hal itu sebagai strategi mengulur waktu.
Seperti dikutip dari BBC, Lukashenko dikabarkan mendukung perubahan konstitusi untuk melemahkan peran Presiden Belarusia berikutnya.
Baca Juga: Ditahan di Bandara Karena Bawa Uang Banyak, Mantan Presiden Honduras Bantah Itu Miliknya
Dia pun berencana tak akan lagi menjadi presiden, Jumat (27/11/2020). Meski begitu, Lukashenko tak mengungkapkan kapan dia akan mundur
Dukungan kepadanya untuk mempertahankan kekuasaan selama 26 tahun memang mulai melemah.
Rusia, pendukung setia Lukashenko, telah memintanya untuk lebih cepat melakukan reformasi.
Baca Juga: Rumah Sakit di India Terbakar, 5 Pasien Covid-19 Tewas
Tetapi, pihak oposisi tetap tak percaya dengan pernyataan Lukashenko. Hingga saat ini sejumlah pihak oposisi termasik Svetlana Tikhanovskaya, harus mengasingkan diri keluar negaranya.
Unjuk rasa besar-besaran sudah terjadi di Belarusia sejak Agustus lalu, karena keberatan dengan hasil pemilihan presiden.
Kala itu, Lukashenko kembali menjadi pemimpin negara pecahan Uni Sovyet itu untuk keenam kalinya.
Dia sudah menjadi pemimpin Belarusia sejak 1994, dan disebut sebagai diktator terakhir di Eropa.
Baca Juga: Kakek Ini Meninggal di Penjara Seusai Ditahan Karena Mendengarkan Musik Klasik Terlalu Keras
Meski rakyatnya sudah tak menginginkannya kembali menjadi presiden, Lukashenko menanggapinya dengan tindakan represif.
Bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa kerap terjadi. Sejumlah orang pun ditangkap.
Rusia yang sebelumnya membela Lukashenko, kini pun mulai mengurangi dukungannya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.