KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV – Apa boleh buat. Pandemi corona ternyata menyerang segala sektor tanpa terkecuali, termasuk pabrik pembuat salah satu komponen alat pelindung diri dari paparan virus mematikan ini.
Top Glove Corp., pabrik pembuat sarung tangan karet terbesar di dunia, Selasa (24/11), memperkirakan adanya keterlambatan 2 – 4 minggu dalam pendistribusian produknya karena 2.000 pekerja pabriknya tertular virus corona. Hal ini juga meningkatkan kemungkinan terganggunya pasokan produksi Top Glove selama pandemi.
Baca Juga: Simulasi Pencoblosan di Pilkada 2020, dari Wajib Masker Hingga Kenakan Sarung Tangan Plastik
Perusahaan asal Malaysia ini menyatakan telah menghentikan sementara produksi sarung tangan karet di 16 pabriknya di Klang, kota yang terletak di luar Kuala Lumpur sejak 17 November lalu untuk memeriksa para pekerjanya. Hingga kini, di area tersebut hanya tersisa 12 pabrik Top Glove yang masih beroperasi.
Pada Senin (23/11) lalu, pemerintah Malaysia telah memerintahkan penutupan 28 pabrik Top Glove di Klang secara bertahap setelah sebanyak 2.453 pekerja pabrik dinyatakan positif terpapar Covid-19. Penutupan secara bertahap ini dimaksudkan agar para pekerja pabrik dapat menjalani tes Covid-19 dan kewajiban karantina.
Baca Juga: Sarung Tangan Lampu Bantu Para Montir
Kementerian Kesehatan Malaysia melaporkan adanya 1.511 kasus Covid-19 tambahan di Klang pada Selasa (24/11), namun tidak merinci berapa banyak yang dari jumlah itu yang merupakan pekerja pabrik. Klaster pekerja pabrik ini menyumbang rekor harian tertinggi sebanyak 2.188 kasus di seluruh Malaysia, hingga kasus Covid-19 di seantero Malaysia melonjak jadi 58.847 kasus. Dengan jumlah 4.036 kasus, klaster di area Klang kini menjadi klaster teraktif di Malaysia.
Saban tahun, Top Glove memproduksi sebanyak 90 milyar sarung tangan karet, sekitar seperempat dari pasokan sarung tangan karet dunia, dan mengekspornya ke 195 negara. Berkat pandemi, keuntungan perusahaan ini melonjak lantaran tingginya permintaan dari berbagai negara.
Baca Juga: Berjualan Sarung Tangan Setelah Kehilangan Pekerjaan
“Kami memperkirakan adanya keterlambatan pada beberapa pengiriman sekitar 2 – 4 minggu, juga waktu tunggu pesanan yang lebih lama. Kami juga memperkirakan adanya dampak sebesar 3% pada proyeksi penjualan tahunan kami pada 2021,” demikian bunyi pernyataan Top Glove, seperti dikutip dari Associated Press, Selasa (24/11).
“Untuk meminimalisasi dampaknya pada konsumen kami, kami mengalokasikan pesanan ke pabrik-pabrik yang masih beroperasi dan menjadwal ulang pengiriman selama masih memungkinkan,” tambah pernyataan tersebut tanpa menjelaskan lebih detil.
Top Glove juga menyatakan tengah bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menerapkan prosedur kesehatan yang ketat, termasuk melakukan penyemprotan desinfektan di asrama dan pabrik setiap hari. Top Glove memiliki sekitar 13.000 pekerja di 28 pabriknya di Klang.
Top Glove mempekerjakan total sebanyak 21.000 pekerja di 41 pabriknya di Malaysia dan 6 pabrik lain yang tersebar di Thailand, Vietnam dan China.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.