JAKARTA, KOMPAS.TV - Sebuah studi menyebutkan bahwa pada 2030 Indonesia akan membutuhkan ratusan tenaga terampil.
Hal itu disampaikan Direktur Sumber Daya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Sofwan Effendi melalui keterangan tertulisnya, Kamis (19/11/2020).
Baca Juga: Indonesia Resmi Resesi, KADIN: Daya Beli Menurun, Pengusaha Harus Kurangi Tenaga Kerja
"Sebelum 2045, di 2030 studi mengatakan bahwa Indonesia akan membutuhkan 113 juta tenaga kerja terdidik dan ahli juga terampil," kata Sofwan
Karena itu program Kemendikbud yang sedang dijalankan sekarang yaitu Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka merupakan suatu tindak lanjut dari misi besar Indonesia untuk menjadi negara maju pada 2045.
Pada 2045, diprediksi akan ada 309 juta penduduk dengan 52 persen di antaranya berada pada usia produktif. Tahun 2045 adalah 100 tahun Indonesia merdeka.
Menurutt Sofwan, keahlian dan keterampilan hanya bisa dihasilkan melalui pendidikan.
"Ahli dan terampil hanya bisa dihasilkan dari pendidikan, sedangkan terampil hanya bisa didapat dari kombinasi akademik dan praktis. Inilah yang dibutuhkan, komposisi inilah yang harus dilengkapi,” kata Sofwan.
Karena itu dibutuhkan gebrakan baru untuk menuju ke arah Indonesia tahun 2045 agar Indonesia menjadi negara yang memiliki daya saing denganan mutu sumber daya manusia (SDM) unggul.
Menurut Sofwan, para dosen, mahasiswa, dan insan pendidikan lainnya memegang peran penting dalam komposisi SDM di 2045, sehingga perlu dibarengi dengan peningkatan mutu pendidikan tinggi.
Baca Juga: Menaker Ida Fauziyah Merinci Manfaat UU Cipta Kerja untuk Tenaga Kerja
Sofwan mengatakan bahwa Ditjen Dikti mendorong peningkatan pengelolaan program studi yang unggul sebab hal tersebut diyakini dapat menghasilkan lulusan dan dosen yang baik.
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar program "Unjuk Karya Vokasi (V-Factor) Indonesia" untuk menggiatkan percepatan terwujudnya "link and match".
Ajang ini digelar sebagai perwujudan ruang inkubasi, ruang ekspresi, ruang fasilitasi, dan ruang apresiasi bagi peserta didik vokasi yang inovatif dan kreatif.
“Dengan gelar unjuk karya dan kompetensi vokasi Indonesia atau V-Factor diharapkan dapat merespons stigma masyarakat tentang pendidikan vokasi, serta mendorong percepatan lahirnya tenaga-tenaga terampil dan ahli di bidangnya yang siap menghadapi era revolusi industri 4.0," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, pada peluncuran program V-Factor di Hotel Sheraton, Jakarta, Senin (16/11/2020).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.