Kompas TV internasional kompas dunia

Ribuan Demonstran Berunjuk Rasa di Bangkok

Kompas.tv - 19 November 2020, 04:22 WIB
ribuan-demonstran-berunjuk-rasa-di-bangkok
Para pengunjuk rasa memberikan salam tiga jari sebagai simbol anti pemerintah dalam demonstrasi di Bangkok, Rabu, 18 November 2020. (Sumber: Associated Press)
Penulis : Tussie Ayu

BANGKOK, KOMPAS.TV - Ribuan demonstran pro-demokrasi berunjuk rasa di pusat kota Bangkok pada Rabu (18/11/2020). Demonstrasi ini hanya satu hari setelah terjadi kekerasan di luar gedung parlemen saat polisi mencoba menertibkan pengunjuk rasa.

Sebelumnya, demonstrasi pada hari Selasa menyebabkan 55 orang terluka dan enam orang mengalami luka tembak.

Protes bertujuan untuk mendorong anggota parlemen menyetujui mosi yang mengarah pada perubahan konstitusi yang substantif, termasuk langkah-langkah untuk membatasi kekuasaan monarki.

Para pengunjuk rasa berkumpul dengan damai di sebuah persimpangan utama dan saat malam tiba, mereka bergerak menuju markas besar polisi nasional, yang gerbangnya sudah dilindungi oleh kawat berduri dan polisi anti huru hara.

Demonstran mengungkapkan kemarahan karena polisi dianggap melakukan kekerasan yang tidak proporsional pada hari sebelumnya. Polisi menggunakan meriam air berbahan kimia dan gas air mata untuk menghalau pengunjuk rasa.

Air yang ditembakkan ke arah pengunjuk rasa diberi warna biru. Sebagai pembalasan, para pengunjuk rasa kemudian melemparkan cat berwarna biru dan kuning ke arah markas polisi.

Sebelum demonstrasi pecah, para pemimpin protes mengumumkan akan adanya demonstrasi besar yang akan dilaksanakan pada 25 November di kantor Biro Properti Kerajaan, yang mengelola kepemilikan istana kerajaan Thailand. Kepemilikan properti yang dikuasai Raja Maha Vajiralongkorn, diperkirakan bernilai lebih dari $ 40 miliar.

Konfrontasi yang terjadi hari Selasa di luar gedung Parlemen adalah kekerasan terburuk setelah berbulan-bulan mahasiswa melakukan aksi ini.

Sucharn Thoumrungroje, seorang mahasiswa teknik berusia 20 tahun, mengatakan dia memutuskan untuk menghadiri demonstrasi hari Rabu setelah mengetahui apa yang terjadi di parlemen sehari sebelumnya.

“Saya merasa tidak dapat menerima bahwa negara menggunakan kekerasan terhadap rakyatnya,” katanya seperti dilansir dari the Associated Press.

"Saya memahami bahwa ada risiko dalam mengambil bagian dalam aksi unjuk rasa, tetapi saya akan datang sesering yang saya bisa, untuk menunjukkan bahwa kami tidak takut dan teguh pada tuntutan," ujar Sucharn.

Sidang gabungan antara parlemen dan senat selama dua hari memperdebatkan tujuh mosi untuk mengubah konstitusi. Pemungutan suara berlangsung telah berlangsung pada hari Rabu, dan mosi yang didukung oleh gerakan protes telah gagal.

Mosi tersebut memungkinkan semua aspek konstitusi diubah, termasuk pasal yang berhubungan dengan monarki.

Sedangkan monarki adalah institusi yang hampir tidak tersentuh protes dan kritik, karena banyak warga Thailand yang menganggapnya sebagai jantung dan jiwa bangsa.

Sebagian besar mosi yang dituntut para demonstran tidak berhasil lolos. Dua mosi untuk membentuk panitia perumus konstitusi berhasil. Sedangkan mosi lain, yang sebagian besar berkaitan dengan detail perubahan pada monarki telah gagal.

Namun demikian, mosi yang lolos masih harus melalui pemilihan suara kedua dan ketiga dalam waktu sedikitnya satu bulan.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x