Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Indonesia Rajin Cairkan Utang Luar Negeri

Kompas.tv - 16 November 2020, 14:36 WIB
indonesia-rajin-cairkan-utang-luar-negeri
Ilustrasi dollar AS. (Sumber: KOMPAS/RIZA FATHONI)
Penulis : Dyah Megasari

JAKARTA, KOMPASTV. Utang luar negeri (ULN) Indonesia terus menanjak. Memakai data Bank Indonesia, sampai akhir triwulan ketiga, atau September, total utang valuta asing (valas) mencapai USD 408,5 miliar.

Utang ini terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD 200,2 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD 208,4 miliar.

Total utang di akhir triwulan tiga ini, naik 3,8 persen (secara tahunan Q3 2020 dibandingkan dengan Q3 2019). Angka kenaikan yang lebih kecil alias melambat dibanding kuartal dua 2020 sebesar 5,1 persen (secara tahunan, Q2 2020 dibandingkan Q2 2019).

Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Terus Meningkat Akibat Pandemi Covid-19, Ini Penjelasannya

Masyarakat awam, jangan bingung membaca data ini. Naik tapi kok melambat?. Contoh sederhananya begini: Anda punya utang awal Rp 10 juta, biasanya tiap tiga bulan sekali (dibandingkan 3 bulan di tahun sebelumnya) selalu menambah utang Rp 5 juta, tetapi di akhir kuartal tiga alias akhir September, anda Cuma nambah utang Rp 3 juta. Secara terminologi, utang anda naik, cuma kenaikannya direm. Intinya: utang anda naik.

Demi Penanggulangan Corona

Kembali ke soal utang. Bank Indonesia menjelaskan, kenaikan pinjaman luar negeri di antaranya disumbang oleh penerbitan surat utang global Samurai Bond di pasar keuangan Jepang dan penarikan sebagian komitmen pinjaman dari lembaga multilateral.

Mengapa Indonesia masih rajin menarik utang? Jawabannya adalah untuk menjaga portofolio pembiayaan (brangkas negara) demi menangani pandemi COVID-19 dan pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

“ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas,” Kepala Departemen Komunikasi & Direktur Eksekutif Bank Indonesia, Onny Widjanarko

Utang pemerintah, diantaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,7 persen dari total ULN pemerintah), sektor konstruksi (16,6 persen), sektor jasa pendidikan (16,5 persen), sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,8 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (11,5 persen).

Tetapi yang perlu diwaspadai adalah rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan III 2020 sebesar 38,1 persen. Meningkat dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 37,4 persen.

“Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” tutur Onny.

Otoritas moneter juga menegaskan, peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

Data lengkap mengenai ULN Indonesia terkini dan metadatanya dapat dilihat pada publikasi Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) edisi November 2020 pada situs web Bank Indonesia. Publikasi ini juga dapat diakses melalui situs web Kementerian Keuangan.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x