YEREVAN, KOMPAS.TV - Keputusan Armenia untuk melakukan perdamaian dengan Azerbaijan pada konflik Nagorno-Karabakh ternyata membuat rakyatnya marah.
Sekitar 60 orang ditangkap setelah melakukan unjuk rasa menolak perdamaian dengan Azerbaijan di Yerevan, Kamis (12/11/2020) waktu setempat.
Unjuk rasa itu dihadiri ribuan orang di Taman Kemerdekaan Yerevan dan meminta pemerintahan Armenia saat ini untuk mundur.
Baca Juga: Pemerintahan AS di Bawah Joe Biden Dipandang Akan Lebih Keras Terhadap China
Di antara yang ditangkap adalah Pemimpin Partai Armenia Sejahtera, Gagik Tsarukyan, mantan juru bicara Deputi Parlemen, Ara Sahakian dan Eduard Sharmazanov, juga mantan Direktur Keamanan Nasional, Artur Vanetsyan.
Armenia dan Azerbaijan melakukan kesepakatan untuk melakukan gencatan senjata, Selasa (10/11/2020) waktu setempat dan menghentikan pertempuran di Nagorno-Karabakh.
Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan mengungkapkan bisa mengerti kemarahan rakyatnya.
Baca Juga: Mengejutkan, Joe Biden Ternyata Juga Ada di Jepang, Siapa Dia?
“Armenia dan rakyat Armenia tengah mengalami masa yang krusial. Ada kesedihan di hati kita semua, air mata di mata kita dan sakit di jiwa kita,” tutur Pashinyan dikutip dari Anadolu Agency.
“Lebih dari 20.000 tentara dan petugas Armenia menemukan diri mereka terkepung tentara musuh, dan menghadapi prospek terbunuh atau tertangkap jika kesepakatan tak dibuat,” lanjutnya.
Pertempuran di Nagorno-Karabakh terjadi sejak 27 September lalu, dan telah menewaskan ribuan orang.
Baca Juga: Mahathir Mohamad Ingatkan NASA untuk Tak Membawa Alien ke Bumi, Ini Alasannya
Azerbaijan sendiri dikabarkan berhasil menduduki Kota Susha, kota penting di wilayah Nagorno-Karabakh.
Wilayah Nagorno-Karabakh menjadi tempat sengketa antara Armenia dan Azerbaijan sejak 1991.
Meski berada di wilayah Azerbaijan, mayoritas penduduk Nagorno-Karabakh merupakan etnis Armenia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.