JAKARTA, KOMPAS.TV- Jumlah kasus bunuh diri di Jepang meningkat pada Oktober 2020 ke level tertinggi dalam lebih dari lima tahun.
Dari data Badan Kepolisian Nasional Jepang (NPA) pada Selasa (10/11) jumlah total kasus bunuh diri untuk Oktober adalah 2.153 kasus, meningkat lebih dari 300 kasus dari bulan September.
Dikutip dari The Japan Times, dari angka 2.153 kasus itu, 851 kasus diantaranya adalah berjenis kelamin perempuan. Hal ini meningkat 82,6% jika dibandingkan bulan Oktober 2019. Sementara itu angka bunuh diri oleh laki-laki naik 21,3%.
Sementara itu di bulan September 2020 tercatat ada sebanyak 1.805 orang mengakhiri hidupnya. Angka ini meningkat 143 atau 8,6 persen di bulan yang sama pada 2019 lalu. NPA mencatat, dari angka 1.805 orang, 1.166 adalah orang berjenis kelamin laki-laki. Ini meningkat 0,4 persen pada September 2019 lalu. Sementara itu, untuk jenis kelamin perempuan berjumlah 639, naik 27,5 persen dibandingkan di bulan yang sama tahun lalu.
Di bulan September, Kota Tokyo menduduki puncak teratas dengan 194 kasus bunuh diri, diikuti prefektur Saitama (110), Aichi (109) dan Kanagawa (95).
Selama bulan Agustus 2020, ada 1.849 orang Jepang bunuh diri. Angka ini 15,3 persen lebih banyak pada bulan yang sama di tahun 2019 lalu.
Otoritas NPA mengatakan jumlah bunuh diri secara nasional terus meningkat selama tiga bulan berturut-turut sejak Juli 2020.
Baca Juga: Status Darurat Corona di Jepang Berlaku Selama Satu Bulan Ke Depan
Sementara itu Pejabat kementerian kesehatan Jepang mengatakan lonjakan bunuh diri diduga karena depresi dan kecemasan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
Pandemi telah membuat banyak orang kehilangan pekerjaan, atau menderita kelelahan karena terkurung di rumah dan kehilangan kontak tatap muka dengan teman dan keluarga. Perempuan, yang lebih mungkin bekerja tidak tetap di industri ritel atau jasa, secara tidak langsung terkena dampak kehilangan pekerjaan.
The Japan Times mencatat, tingkat kasus bunuh diri di Jepang lebih banyak daripada kematian Covid-19 selama bulan Agustus-September 2020.
Selama tahun 2020, ada lebih 13.000 orang bunuh diri, sementara total kematian akibat Covid-19 di Jepang kurang dari 2.000.
Kasus bunuh diri di Jepang kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor seperti kehilangan pekerjaan, jam kerja yang berkurang, perubahan gaya hidup, tekanan uang, dan menjaga jarak dari orang yang dicintai akan membuat banyak orang mengalami tingkat depresi dan kecemasan yang tinggi.
Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang Katsunobu Kato mengeluarkan pesan penting yang bertajuk 'Kepada Mereka yang Sulit Hidup'.
"Menurutku ada banyak orang yang khawatir dengan masa depan mereka karena pengaruh virus corona baru. Tolong sampaikan kecemasan dan perasaan pedih kalian ke meja konsultasi, dan lain-lain",tulis Katsunobu Kato dalam pesannya.
Baca Juga: AS Sebut Ada Serangan Siber Terhadap Jepang Terkait Vaksin Covid-19
Di Jepang saat ini ada sebuah organisasi yang bernama TELL menawarkan konseling panggilan gratis untuk masyarakat Jepang yang memiliki pikiran untuk bunuh diri. Layanan TELL tersedia dalam bahasa Inggris. Dalam keadaan darurat, seseorang dapat menghubungi 119 di Jepang untuk bantuan segera. TELL Lifeline juga tersedia bagi mereka yang membutuhkan konseling gratis dan anonim di 03-5774-0992.
Masyarakat juga dapat mengunjungi telljp.com. Bagi mereka yang berada di negara lain dapat benññwkunjungi www.suicide.org/international-suicide-hotlines.html untuk daftar rinci sumber daya dan bantuan.
Selama berabad-abad di Jepang, bunuh diri telah dilihat sebagai cara untuk menghindari rasa malu atau aib. (Andy Lala)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.