DETROIT, KOMPAS.TV - Kemenangan Joe Biden dalam pemilu Amerika Serikat (AS) 2020, dirayakan oleh aktivis hak-hak sipil dan pemimpin kulit hitam. Namun mereka memperingatkan bahwa Joe Biden akan menghadapi jalan sulit untuk mengatasi ketidaksetaraan dan perpecahan rasial di AS.
Biden akan mulai menjabat pada Januari mendatang. Saat ini AS tengah menghadapi serangkaian krisis yang merugikan orang kulit hitam Amerika dan orang-orang kulit berwarna. Mereka adalah golongan yang mengalami kerugian terbesar ketika pandemi dan harus kehilangan pekerjaan karena dampak dari pandemi Covid-19.
Baca Juga: Kampung Halaman Menyambut Kemenangan Biden Sebagai Presiden AS
Selama kampanye melawan Trump, Biden kerap menyatakan dukungan untuk pemilih kulit hitam. Dia berjanji untuk menyatukan negara, mengakui rasisme sistemik telah dijadi di AS dan mengkritik Trump karena memicu perpecahan. Selain itu, dia juga memilih Kamala Harris yang merupakan perempuan kulit hitam, sebagai calon wakil presiden.
Meski semua itu adalah langkah yang disambut baik, namun para pemimpin dan aktivis kulit hitam mengatakan mereka akan terus mendorong pemerintah untuk berbuat lebih banyak pada kesetaraan ras.
"Ini hanyalah awal dari perubahan. Kemenangan Biden tidak berarti pekerjaan telah selesai," kata pemimpin hak-hak sipil Martin Luther King III, yang meneruskan visi ayahnya, Martin Luther King Jr.
Baca Juga: Ucapan Selamat untuk Joe Biden dari Perdana Menteri Inggris dan Israel
Martin Luther King III mengingatkan, tahun ini merupakan 57 tahun setelah Martin Luther King Jr menyampaikan pidato yang kuat tentang kesetaraan ras berjudul “I Have a Dream”. Namun cita-cita ayahnya yang tercetus dalam pidato itu belum tercapai sepenuhnya hingga saat ini.
“Ayah dan Ibu saya ingin memberantas kemiskinan, rasisme dan kekerasan dari masyarakat kita, dan itu akan membutuhkan upaya yang luar biasa. Pemerintahan Biden-Harris harus terus-menerus didorong untuk bergerak," ujarnya seperti dilansir dari Associated Press.
Para pemilih kulit hitam banyak yang mendukung kampanye Biden, terutama di negara bagian krusial seperti di Michigan, Wisconsin, dan Georgia. Menurut survei AP VoteCast, sembilan dari 10 pemilih kulit hitam di seluruh AS mendukungnya.
Baca Juga: Joe Biden Akan Tunjuk Dua Dokter Pimpin Gugus Tugas Covid-19
"Biden memahami bahwa kami adalah warga negara Amerika yang berhak memiliki akses penuh ke semua bagian dalam kemajuan di Amerika Serikat," kata Stacey Abrams, seorang aktivis dan mantan calon gubernur Georgia.
“Dia bersedia berkomitmen tidak hanya pada rencana, tetapi dia juga bersedia bertanggung jawab tentang bagaimana rencana itu dijalankan,” tambahnya.
Sementara itu, para pemilih Latin juga lebih mendukung Biden daripada Trump, yaitu 63% untuk Biden dan 35% untuk Trump, menurut survei tersebut.
Sedangkan para pemilih kulit putih, yang merupakan sekitar tiga perempat dari pemilih, lebih cenderung mendukung mendukung Trump, yaitu 55% memilih Trump dan 43% memilih Biden.
Lebih dari 74 juta orang Amerika memilih Biden. Jumlah itu merupakan yang tertinggi di dalam sejarah. Tetapi beberapa ahli strategi dan aktivis politik kulit hitam mencatat ada 70 juta suara untuk Trump, dan beberapa dari pendukungnya masih menutup mata terhadap rasisme yang kerap tunjukkan Trump.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.