SURABAYA, KOMPAS.TV - Politik intimidasi yang diduga dilakukan kelompok tertentu terhadap Wali Kota Tri Rismaharini tidak akan laku di Surabaya.
"Rakyat Surabaya ini cerdas dan egaliter. Jadi politik intimidasi tidak laku di Surabaya," kata Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto usai konsolidasi dengan pengurus DPC PDIP Kota Surabaya, Sabtu (7/11/2020), dikutip dari Kompas.com.
Diketahui, Wali Kota Surabaya dilaporkan ke Bawaslu Surabaya oleh Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) karena terlibat aktif dalam kampanye daring.
Selain itu, Risma juga dilaporkan ke sentra Penagakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) karena telah melakukan kebohongan publik. Kebohongan publik yang dimaksud adalah, Risma sempat menyebut bahwa Ery Cahyadi adalah anaknya.
Baca Juga: Beredar Video Risma Diduga Kampanye Terselubung Dukung Ery Cahyadi, Warga Lapor ke Bawaslu
Ery Cahyadi merupakan calon Wali Kota Surabaya berpasangan dengan Armuji dalam Pilkada Kota Surabaya. Pasangan ini diusung oleh PDIP, dan didukung oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Pelaporan ke Bawaslu dan Gakkumdu, dinilai Hasto, merupakan tanda kepanikan kelompok tertentu terhadap tingginya hasil survei elektoral pasangan Ery Cahyadi-Armuji.
"Adanya intimidasi ini menunjukkan bahwa pasangan Ery Cahyadi-Armuji lebih diterima oleh publik," kata Hasto.
Ery Cahyadi-Armuji Lebih Populer Gara-Gara Disebut Anak Buah Risma
Popularitas Ery Cahyadi-Armuji disebut meningkat pesat karena figur Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Menurut Peneliti Populi Center Jefri Ardiansyah, popularitas Ery Cahyadi terus naik karena selalu dikaitkan dengan Risma. "Ery Cahyadi lebih populer dengan anak buah Risma," terangnya.
Baca Juga: Lagi, Risma Dilaporkan ke Bawaslu Soal Kampanye Pilkada Surabaya
Berdasarkan hasil survei Populi Center, popularitas Ery Cahyadi mengejar pesaingnya, Machfud Arifin. Tercatat popularitas Machfud 74 persen, Ery Cahyadi 68,8 persen.
"Hanya dalam waktu sebulan saja sejak September hingga Oktober, popularitas Eri Cahyadi selisih 5 persen dari Machfud Arifin, ini luar biasa," kata Jefri di Surabaya, Jumat (30/10/2020), dikutip Kompas.com.
Meski popularitasnya di bawah Machfud Arifin, elektabilitas mantan Kepala Bappeko Surabaya lebih unggul. Populi Center mencatat elektabilitas Ery Cahyadi-Armuji sebesar 41 persen, sementara Machfud Arifin-Mujiaman sebesar 37,7 persen.
Elektabilitas Ery Cahyadi meningkat karena sosok Armuji yang pernah menjabat sebagai ketua DPRD Kota Surabaya. Sementara Mujiaman sebagai wakil Machfud Arifin tidak bisa mendongkrak elektabilitas, karena dari kalangan profesional.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.