PYONGYANG, KOMPAS.TV - Tangisan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un dinilai karena takut jika dilengserkan oleh rakyatnya sendiri.
Hal tersebut dikatakan salah seorang pakar hubungan internasional, Ramon Pacheco-Pardo sebagaimana dilansir The Sun via Kompas.com, Selasa (13/10/2020).
Profesor muda di King's College London itu menyebut bahwa tangisan Kim itu merupakan pengalihan atas semakin panasnya situasi di Korut.
Bahkan, Kim tahu dia berisiko dilengserkan rakyatnya yang kecewa, kecuali dia segera menuntaskan janji-janjinya. Kim tahu ancaman paling mengerikan adalah dari rakyatnya sendiri.
Baca Juga: Kim Jong Un Menangis Ceritakan Kesulitan Korea Utara di HUT Partai Buruh
"Kim tentu sadar jika dia masih ingin menikmati kekuasaannya, dia harus membuat janji-janjinya nyata," kata Pacheco-Pardo.
Dia mengatakan, Kim selalu menekankan bahwa rakyat Korea Utara tak perlu mengetatkan ikat pinggang. Namun, pada awal tahun ini, dia terpaksa memerintahkannya.
Menurut dia, pergantian rezim di negara penganut ideologi Juche tersebut tentu tidak akan datang dalam waktu dekat ini.
Namun, yang pasti, Kim akan mendapatkan tantangan internal. Apalagi berdasarkan studi Universitas Vienna, 60 persen populasi Korut sangat miskin.
Pacheco-Pardo menerangkan, Kim tahu Amerika Serikat (AS) tidak akan bisa menginvasi, apalagi mereka mempunyai senjata nuklir.
"Kemungkinan dari dalam. Jika Anda melihat diktator dari seluruh dunia, pergantian kekuasaannya jelas terjadi secara internal," kata dia.
Baca Juga: Wow, Kim Jong-Un Menangis dan Mengaku Ingin Berdampingan dengan Korea Selatan
Sang profesor muda yakin bahwa Kim Jong Un yang menangis itu menunjukkan bahwa dia merupakan "pria bersahaja" dan dibutuhkan Korut.
"Dia secara implisit menekankan kini adalah waktu yang tepat memulai diplomasi. Hanya dengan cara itu, maka ekonomi akan membaik," jelasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.