YEREVAN, KOMPAS.TV - Pertempuran antara pasukan Armenia dan Azerbaijan kembali meletus atas sengketa wilayah separatis Nagorno-Karabakh. Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan 16 tentara dan dua warga sipil telah tewas, serta lebih dari 100 orang lainnya terluka.
Sementara Presiden Azerbaijan mengatakan militernya mengalami kerugian, tetapi tidak memberikan keterangan lebih rinci mengenai kerugian yang dialaminya.
Armenia juga mengklaim bahwa empat helikopter Azerbaijan ditembak jatuh dan 33 tank Azerbaijan serta kendaraan tempur terkena tembakan artileri. Kementerian Pertahanan Azerbaijan menolak klaim sebelumnya bahwa dua helikopter ditembak jatuh.
Pertempuran sengit terjadi pada Minggu (27/9/2020) di wilayah yang terletak di Azerbaijan. Namun wilayah ini berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia yang didukung oleh pemerintah Armenia sejak tahun 1994.
Belum jelas apa yang memicu pertempuran itu, namun bentrokan ini adalah yang terburuk sejak sejak bentrokan Juli yang menewaskan 16 orang dari kedua belah pihak.
Otoritas Nagorno-Karabakh melaporkan bahwa penembakan menghantam ibu kota wilayah Stepanakert dan kota Martakert dan Martuni. Juru bicara Kementerian Pertahanan Armenia Artsrun Hovhannisyan juga mengatakan penembakan Azerbaijan menghantam wilayah Armenia dekat kota Vardenis.
Seperti dilansir dari Associated Press, Kementerian Pertahanan di teritorial ini mengatakan, 18 orang tewas, termasuk seorang wanita dan cucunya. Lebih dari 100 orang lainnya terluka akibat bentrokan ini.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev memerintahkan darurat militer diberlakukan di beberapa wilayah negara itu dan menyerukan jam malam di kota-kota besar.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov sedang melakukan kontak intensif untuk membujuk kedua belah pihak untuk menghentikan tembakan dan memulai negosiasi untuk menstabilkan situasi. Demikian disampaikan olehjuru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.
Perdana Menteri Albania Edi Rama, meminta kedua pihak untuk menghentikan pertempuran. Negosiasi yang telah dilakukan sebelumnya ternyata tidak berhasil untuk menyelesaikan status wilayah yang bersengketa.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinian mengatakan negaranya dapat mempertimbangkan kembali apakah akan mengakui Nagorno-Karabakh sebagai negara independen. Langkah seperti itu kemungkinan besar akan menghalangi negosiasi lebih lanjut.
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif, yang berbatasan dengan Azerbaijan dan Armenia mengatakan, “Kami menyerukan untuk segera diakhirinya permusuhan ini dan mendesak dialog untuk menyelesaikan perbedaan. Tetangga kami adalah prioritas dan kami siap memberikan layanan yang baik untuk memungkinkan terjadinya dialog. ”
Juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengutuk Armenia.
"Armenia telah melanggar gencatan senjata dengan menyerang permukiman sipil. Komunitas internasional harus segera mengatakan hentikan provokasi berbahaya ini," cuit Kalin. Turki adalah sekutu dekat Azerbaijan dan terkunci dalam perselisihan panjang dengan Armenia yang telah menutup perbatasan negara sejak awal 1990-an.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.