JAKARTA, KOMPAS.TV- Wakil Ketua MPR Arsul Sani sampaikan belasungkawa atas meninggalnya pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama. Arsul Sani menilai Jakob Oetama banyak mengajarkan hal baik bagi dirinya.
“Atas nama pimpinan dan Anggota MPR, Saya menyampaikan dukacita atas meninggalnya Jakob Oetama,” kata Arsul Sani kepada KompasTV, Rabu (9/9/2020).
Baca Juga: Moeldoko: Jakob Oetama Jurnalis yang Selalu Mengedepankan Kata Hati dan Mata Hati
Arsul Sani mengaku mengenal Jakob Oetama melalui Buyung Nasution pada pertengahan1987. Jakob Oetama, kenang Arsul Sani, pernah menasihati dirinya untuk terus gigih berjuang bagi kepentingan orang banyak. Tak hanya itu, sambung Arsul, Jakob juga meminta dirinya selalu memelihara idealisme.
“Beliau menasihati saya untuk selalu menggunakan cara-cara yang benar, terpuji, dan bermartabat. Banyak hal positif yang bisa kita warisi dari Pak Jakob, hal-hal baik dari Pak Jakob akan kami kenang dan kami laksanakan dalam kehidupan kita saat ini,” ujar Arsul Sani.
Pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama tutup usia pada Rabu, 9 September 2020. Almarhum meninggal dunia dengan tenang di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading pada pukul 13:05 WIB dalam usia 88 tahun.
Baca Juga: Menteri LHK Siti Nurbaya: Jakob Oetama Selalu Kedepankan Kepentingan Nasional
Jakob Oetama adalah jurnalis senior dan tokoh pers nasional. Ia lahir pada 27 September 1931 di Desa Jowahan, Borobudur, Jawa Tengah. Saat belia cita-citanya adalah menjadi guru seperti ayahnya. Ia sempat mengajar di SMP Mardi Yuwana Cipanas, Sekolah Guru Bagian B (SGB) Lenteng Agung Jagakarsa, dan SMP Van Lith Jakarta. Minatnya menulis tumbuh berkat belajar Ilmu Sejarah.
Karier Jakob Oetama di dunia jurnalistik bermula dari pekerjaan barunya sebagai redaktur majalah Penabur Jakarta. Pada 1963, bersama rekan terbaiknya, Almarhum Petrus Kanisius Ojong (P.K. Ojong), Jakob Oetama menerbitkan majalah Intisari yang menjadi cikal-bakal Kompas Gramedia. Kepekaannya pada masalah manusia dan kemanusiaanlah yang kemudian menjadi spiritualitas Harian Kompas, yang terbit pertama kali pada 1965.
Baca Juga: Jakob Oetama Meninggal Dunia, Anies: Jasa dan Kontribusinya pada Negara Luar Biasa
Hingga lebih dari setengah abad kemudian Kompas Gramedia berkembang menjadi bisnis multi-industri, Jakob Oetama tidak pernah melepas identitas dirinya sebagai seorang wartawan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.