MOSKOW, KOMPAS.TV - Mantan kapten kapal asal Rusia, Boris Prokoshev kaget dengan ledakan besar yang mendera Beirut, Lebanon.
Dia lebih terkejut lagi karena memiliki kaitan dengan ledakan yang menewaskan 135 orang tersebut.
Prokoshev adalah kapten dari kapal yang membawa Ammonium Nitrat, penyebab utama ledakan itu, ke Beirut.
Baca Juga: Ledakan Beirut, 16 Orang Petugas Pelabuhan dan Bea Cukai Ditahan
Kapal yang mengangkut kargo Ammoniun Nitrat tersebut bernama Rhosus, dan Prokoshev yang kini berusia 70 tahun itu adalah kaptennya.
“Saya tak mengerti apapun. Saya membuka kotak masuk saya dan melihat surat mengenai Rhosus. Saya pikir mereka mengirimkan uang, gaji saya,” ujarnya di Verkhnee Buu seperti dilansir dari AP.
Prokoshev mengungkapkan Ammonium Nitrat itu seharusnya tak berada di Lebanon.
Dia mengapteni Rhosus pada 2013 dengan tujuan pelabuhan Beira, Mozambik. Mereka berlayar dari Georgia.
Baca Juga: 18 Mahasiswa Indonesia di Beirut Dipastikan Selamat dari Ledakan
Ammonium Nitrat memang kerap digunakan di Mozambik untuk membuat pupuk, untuk menjadi peledak di tambang batubara.
Namun, mereka kemudian melakukan jalan memutar tak terjadwal ke Beirut. Hal itu karena pemilik Rhosus, Igor Grechuskin tengah dililit hutang dan berniat mencari tambahan uang di Lebanon.
Grechuskin sendiri saat ini sudah ditanyai oleh kepolisian terkait hubungannya dengan ledakan tersebut, namun dia tak ditahan.
Kala itu, rencananya mereka akan membawa sejumlah mesin berat dari Lebanon. Tetapi kru kapal menolak karena terlalu berat.
Baca Juga: Detik-Detik Korban Ditemukan Pasca Ledakan di Beirut Lebanon
Rhosus bahkan kemudian ditahan oleh otoritas Lebanon, karena tak membayar biaya pelabuhan dan tak pernah pergi lagi dari sana.
Proskoshev dan tiga kru lainnya terjebak di kapal karena peraturan imigrasi. Grechuskin bahkan menelantarkan mereka dan tak membayar gaji atau hutangnya pada pelabuhan.
Akhirnya mereka dibebaskan pada 2014 dan Rhosus ditenggelamkan. Namun, muatan Ammonium Nitrat itu disimpan oleh Pemerintah Lebanon di gudang pelabuhan.
Ammonium Nitrat itu pun menjadi sumber ledakan besar di Beirut, Selasa (4/8/2020). Ledakan itu menimbulkan kerusakan besar di Ibu Kota Lebanon tersebut.
Baca Juga: Bikin Haru! Seorang Suster Viral Selamatkan 3 Bayi Baru Lahir saat Ledakan Beirut
Tercatat korban meninggal atas ledakan itu mencapai 135 orang dan mencederai lebih dari 5.000 orang.
Prokoshev pun turut bersimpati kepada korban-korban atas ledakan tersebut. Namun, dia menilai pihak Lebanon yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini.
“Sangat buruk orang harus meninggal. Mereka tak ada hubungannya dengan ini. Saya menyadaeu pemerintah Lebanon yang membuat situasi ini terjadi,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.