Polemik Nikel, Luhut Sebut Jika Harga Nikel Terlalu Tinggi Bisa Bahaya Bagi Perekonomian!
Vod | 25 Januari 2024, 11:23 WIBKOMPAS.TV - Hilirisasi sektor mineral terutama nikel masih menjadi penarik terbesar investasi di Indonesia. Hilirisasi terutama nikel sejalan dengan kenaikan ekosistem kendaraan listrik.
Pada kuartal ke-4, total investasi hilirisasi mineral masih didominasi smelter dengan nilai Rp 65,1 triliun. Jenis komoditas pemimpinnya adalah nikel dengan nilai Rp 39,6 triliun.
Jika ditarik satu tahun penuh 2023, Smelter juga masih memimpin realisasi investasi di sektor hilirisasi dengan nilai Rp 216,8 triliun.
Sektor nikel menyumbang investasi dengan nilai Rp 136,6 triliun. Menteri Investasi Bahlil bilang hilirisasi masih akan menjadi fokus menarik investasi di sepanjang 2024.
Sejak pertengaahan tahun lalu harga nikel anjlok. Di penutupan perdagangan kemarin, harga nikel ditutup di harga 16,70 dollar per ton. Sebulan sebelumnya, harga nikel masih dijual di harga 16,300.
Stok nikel yang berlimpah di pasaran jadi pemicu utama turunnya harga nikel.
Selain karena kelebihan pasokan, harga nikel jatuh juga disebabkan karena menurunnya permintaan nikel.
Permintaan nikel turun di tengah maraknya produksi baterai kendaraan listrik berbasis Litium Fero Phosphate atau LFP di Tiongkok.
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan buka suara soal masalah nikel yang sempat disebut-sebut saat debat cawapres hari minggu kemarin.
Melalui akun instagram resminya, Luhut mengklaim harga nikel yang trennya turun tidak berbeda dengan siklus mineral lainnya.
Selama 10 tahun terakhir sejak 2014, luhut bilang harga nikel masih lebih tinggi saat ini. Bahkan saat hilirisasi nikel dilakukan, harga nikel masih 12 ribuan jauh lebih rendah dibanding harga sekarang.
Luhut juga mengklaim baterai nikel yang lebih ramah lingkungan dibanding baterai jenis LFP.
Baca Juga: Harga Nikel Anjlok Terus, Masa Depan Hilirisasi di Indonesia Jadi Pertanyaan
Penulis : Shinta-Milenia
Sumber : Kompas TV