Selain Larangan Konsumsi Obat Sirop, Orangtua Diimbau Kurangi Aktivitas Anak di Kerumunan!
Vod | 21 Oktober 2022, 14:15 WIBKOMPAS.TV - Temuan kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak Indonesia kian mengkhawatirkan.
Kemenkes meminta masyarakat menyetop konsumsi obat sediaan sirop.
Kekhawatiran atas kandungan senyawa campuran obat yang diduga bisa memicu gangguan ginjal akut pada anak jadi alasan utama Kementerian Kesehatan melarang masyarakat mengonsumsi obat jenis sirop untuk sementara waktu.
Tak sebatas obat jenis paracetamol atau penurun panas, Kemenkes juga meminta tenaga kesehatan untuk tidak meresepkan semua obat sediaan cair atau sirop, serta melarang apotek menjual semua obat sirop sampai hasil penelitian komprehensif yang dilakukan Kemenkes dan BPOM bersama sejumlah organisasi profesi tenaga kesehatan lain tuntas.
Keputusan ini diambil sebagai langkah antisipasi setelah kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak yang masih belum diketahui penyebabnya kian merebak terutama dalam 3 bulan terakhir.
Dari 206 pasien gangguan ginjal akut yang tercatat di 20 provinsi sejak Januari hingga 18 Oktober 2022, 99 diantaranya meninggal dunia dan didominasi anak berusia dibawah 5 tahun.
Meski demikian, Kementerian Kesehatan memastikan fenomena gangguan ginjal akut ini tidak berhubungan dengan pemberian vaksin dan infeksi Covid-19.
Maraknya kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak Indonesia membuat banyak ibu khawatir.
Terlebih kini ada larangan penggunaan obat sediaan sirop yang kerap menjadi andalan pertolongan pertama di rumah ketika anak sakit.
Mengikuti instruksi Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia, IDAI juga meminta para dokter di fasilitas kesehatan untuk tidak meresepkan obat sediaan cair dan menggantinya dengan bentuk sediaan lain.
Orangtua juga diimbau untuk mengurangi aktivitas anak, terutama usia di bawah 5 tahun dari kerumunan.
Orangtua diminta waspada dan membawa ke fasilitas kesehatan terdekat jika anak mulai menunjukkan gejala demam, batuk, dan pilek yang disertai diare, serta berkurangnya frekuensi ataupun jumlah air kencing.
Penulis : Shinta-Milenia
Sumber : Kompas TV