Misi Damai Jokowi ke Rusia & Ukraina, Menko Perekonomian : Perdamaian Bukan Proses Instan
Vod | 9 Juli 2022, 00:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Misi perdamaian Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia, jadi pro dan kontra di Indonesia.
Setelah ada bantahan dari pemerintah Ukraina, soal Presiden Zelenskyy titip pesan untuk Presiden Putin, melalui Presiden Jokowi.
Kepada media Ukrainska Pravda, Sekretaris Pers Kantor Presiden Ukraina menyebut jika Presiden Volodymyr Zelensky ingin berbicara kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin pasti akan disampaikan secara terbuka dalam pidato hariannya.
Di sisi lain, pihak Rusia mengaku ada pesan yang dibawa Jokowi dari Zelenskyy untuk Putin, namun pesan itu bukan dalam bentuk tulisan.
Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Berimbas ke Pangan & Energi, Ekonom : Pelemahan Rupiah Justru Harus Diwaspadai
Kritik juga datang dari mantan Wakil Menteri Luar Negeri, Dino Patti Jalal.
Misi perdamaian Presiden Jokowi bukannya gagal, namun belum menghasilkan momentum apalagi terobosan dari segi perdamaian.
Faktanya sampai saat ini serangan militer Rusia makin intens dan tidak ada proses perdamaian yang berarti.
Kalau mau berperan, Indonesia juga perlu mengajukan konsep resolusi konflik yang jelas konkrit dan praktis.
Sementara, pemerintah menilai langkah mengatasi ancaman krisis pangan, dari hasil lawatan menjadi indikasi efektifnya misi damai Jokowi.
Di dalam negeri tuai kontroversi, sementara di Rusia lawatan Jokowi tuai apresiasi, dan diulas berbagai media pro-Rusia, maupun pro-Ukraina dan pro Blok Barat.
Sebagai bentuk diplomasi jangka panjang.
Misi damai Jokowi ke Rusia dan Ukraina, patut diapresiasi dalam menjalankan amanat konstitusi, ikut menciptakan ketertiban dunia.
Namun upaya diplomasi yang tak mudah, harus dipantau terus perkembangannya.
Ditambah, kiranya semua pihak bijak tak menambah bumbu yang memperpanas suasana agar tujuan utama, aktifnya peran Indonesia dalam perkembangan geopolitik dunia, benar-benar terlaksana.
Penulis : Aisha-Amalia-Putri
Sumber : Kompas TV