Bela Terawan, Komisi IX DPR: Bubarin Saja IDI, Orang Cuma Organisasi Profesi!
Vod | 8 April 2022, 14:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR pada 4 April lalu, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI menjelaskan kelemahan dari penelitian Dokter Terawan Agus Putranto mengenai metode cuci otak pada 2016 silam.
Kelemahan itu antara lain, penggunaan heparin untuk mencegah pembekuan darah, hingga ketiadaan uji pembanding sebagai kontrol terhadap penelitian.
Lulusnya Terawan, meski disertasinya punya sejumlah kelemahan, dianggap Majelis Etik IDI muncul karena ada tekanan eksternal ke pihak Universitas Hasanuddin.
Klaim Profesor Rianto buru-buru dibantah pihak Universitas Hasanuddin.
Menurut Dokter Senior, sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Daldiyono, gugatan terhadap metode Terawan yang tak lazim dalam ilmu kedokteran terletak pada dua pendekatan yang berbeda.
Menurutnya, perdebatan bisa diselesaikan dengan mempertemukan kedua pendekatan itu.
Pascapemecatan secara permanen, banjir kecaman dari sejumlah elite politik menghampiri IDI.
Pada umumnya, elite politik adalah pasien Terawan untuk cuci otak yang jadi materi disertasinya di Universitas Hasanudin.
Dan para menteri juga membela Terawan; dengan menjadi pasien Vaksinasi Nusantara.
Sejak kemarin, Kamis (7/4), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengumumkan menjadi penegah dalam konflik Terawan dan IDI.
Terawan mangkir dari panggilan Majelis Etik sejak 2015 hingga pemberhentian sementara sebagai anggota IDI pada 2018.
Padahal, Majelis saat itu minta penjelasan soal metode cuci otaknya.
Sejak itu pula Terawan bergeming dengan kritik IDI.
Penulis : Edwin-Zhan
Sumber : Kompas TV