Patroli Gajah Di Rawa Singkil Tidak Hanya Redam Konflik Gajah Liar Dan Manusia
Jelajah indonesia | 22 Juli 2020, 00:33 WIBSalam jelajah,
Suasana hening di sini pernah menjadi gaduh akibat konflik antara gajah liar dan warga. Gajah liar yang masuk ke perkampungan dan ke perkebunan ya itu sangat merugikan karena sampai menimbulkan korban nyawa. Adanya tim reaksi cepat dari patroli gajah di kawasan koridor Trumon mereduksi gajah liar yang lewat.
Karenanya jadi patroli CRU menjadi agenda rutin, termasuk mengecek aksi pembalakan liar yang sering merambah kawasan ini.
Dengan kerapatan tanaman di area ini inilah kawasan terbuka namun suara-suara binatang di dalamnya terdengar riuh.
Saat patroli, Mahout gajah mengecek apakah ada gajah liar yang melintas di kawasan ini. mereka dapat mengenali gajah liar dari jejak kaki dan pepohonan yang tumbang. Ini dilakukan agar Mahout bisa menghalau gajah liar jika mereka keluar dari hutan dan masuk perkampungan warga. Para mahout juga mengecek ancaman terhadap kondisi hutan seperti pembalakan liar.
di area ini kondisinya mulai berbeda dengan di dalam hutan. Banyak halangan bagi gajah untuk melangkah, karena area ini sudah terbuka.
Bekas kayu dipotong dan pohon-pohon yang ditumbangkan, ditinggalkan begitu saja alias tidak diangkut para perambah liar menegaskan kerusakan hutan Sumatera yang semakin menjadi-jadi. Dan apalagi terjadi di kawasan yang statusnya dilindungi, Rawa Singkil.
Jelas nahwa area yang masuk kawasan suaka margasatwa ini masih menjadi incaran pembalak liar untuk mengambil hasil alamnya.
Tapi di sisi seberang, tentu orang-orang yang bekerja untuk untuk menyelamatkan area Singkil ini seperti yang dilakukan Yayasan Leuser internasional.
Kawasan Hutan Rawa Singkil kaya akan beragam jenis kayu diantaranya kayu Rengas yang populer sebagai bahan bangunan
Bila nanti akan pagari dan patok batas serta statusnya ditampilkan sebagai suaka margasatwa maka langkah penting selanjutnya adalah mengolah potensi yang ada di kawasan ini, menjadi lebih berguna bagi alam dan manusia terutama bagi mereka yang menggantungkan hidupnya pada hutan Rawa Singkil.
Penulis : Herwanto
Sumber : Kompas TV