Jejak Kebesaran Kerajaan Bali
Jelajah indonesia | 30 Maret 2020, 17:40 WIBBALI, KOMPAS.TV -
Bali menyimpan beragam tradisi, budaya yang berbalut religi yang kental. Sejarah pra kolonial hingga masa kolonial, ketika telah berdiri kerajaan-kerajaan di Bali, banyak terekam baik dalam manuskrip kuno, hingga foto-foto. Dan yang disangat mudah dilihat secara fisik adalah bukti sejarah bangunan. Bangunan-bangunan ini dapat berupa pura atau istana. Annisa Malati, menjelajah pulau Dewata untuk menelusuri jejak-jejak sejarah kebesaran kerajaan di Bali yang masih ada hingga saat ini.
Annisa memulai penjelajahannya di daerah Klungkung. Perang Kusamba yang terjadi 24-25 Mei 1849, menjadi salah satu peristiwa heroik pada masa Kerajaan Klungkung. Kerajaan Klungkung adalah kerajaan besar di Bali. Beberapa kali terjadi perang yang melibatkan kerajaan ini, salah satunya Perang Kusamba. Kusamba adalah sebuah desa di timur Semarapura, yang hingga abad ke-18 lebih dikenal sebagai sebuah pelabuhan penting Kerajaan Klungkung. Raja I Dewa Agung Putra membangun sebuah istana di desa yang terletak di pesisir pantai dan menjalankan pemerintahan dari istana yang kemudian diberi nama Kusanegara. Perang pecah di Pura Goa Lawah dimana jumlah pasukan dan persenjatan yang tidak berimbang, Laskar Klungkung dipukul mundur ke Kusamba. Meski akhirnya pada 10 Juni 1849 Kusamba jatuh kembali ke tangan Belanda dalam serangan kedua yang dipimpin Lektol Van Swieten, dan tewasnya Jenderal Michiels, Perang Kusamba menunjukkan kematangan strategi serta sikap hidup pejuang Klungkung.
Selain Perang Kusamba, ada juga peristiwa perlawanan terhadap intervensi Belanda yang dikenal dengan Puputan Klungkung, pada 28 April 1908. Pada 21 April 1908, Istana Semarapura, Gelgel, dan Satria dibombardir serdadu kolonial selama 6 hari berturut-turut. Pada 27 April 1908, pasukan tambahan kolonial dari Batavia tiba di Desa Kusamba dan Jumpai. Kobaran perang semakin membesar dan menyebabkan 3.000 laskar Klungkung yang dipimpin Raja Dewa Agung Jambe II gugur dalam berondongan peluru serdadu.
Penulis : Herwanto
Sumber : Kompas TV