> >

Starlink dan Elon Musk Dapat Karpet Merah? Pakar Sebut Kebobolan Data Informasi Jadi Isu Penting

Teknologi | 21 Mei 2024, 19:30 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bersama pendiri SpaceX, Elon Musk, meresmikan layanan internet Starlink di Puskesmas Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, Minggu (19/5/2024). (Sumber: Bloomberg)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Elon Musk meresmikan layanan internet Starlink Indonesia di Denpasar, Bali, Minggu (19/5/2024). Peresmian layanan internet milik miiliarder bos Tesla, SpaceX, dan media sosial X itu didampingi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, dan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Elon Musk dijadwalkan meluncurkan Starlink bersama Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Namun, Jokowi berhalangan hadir.

“Daerah kita yang terpencil membutuhkan Starlink untuk memperluas layanan internet berkecepatan tinggi, terutama untuk membantu permasalahan di sektor kesehatan, pendidikan, dan kelautan,” kata Luhut, mengutip Kompas.com, Minggu (19/5).

Baca Juga: Kandas Gaet Tesla, Indonesia Cuma Dikasih "Starlink" oleh Elon Musk!

Memang, tak disangkal bahwa layanan komunikasi satelit Stralink secara teknologi menjadi jawaban otomotis "mengatasi" persoalan blankspot internet di kawasan hutan, tengah laut, pulau terdepan dan terluar dll yang selama ini belum semuanya terjangkau oleh layanan komunikasi nasional. 

Namun, justru di sinilah persoalannya. Pengamat teknologi, Riefqi Muna menduga Starlink dapat membunuh layanan operator nasional yang merupakan kerja dan inisiatif bangsa sendiri atas nama alih-alih kompetisi terbuka.

"Perlu dicatat, kompetisi tersebut tidak akan seimbang, sehingga telko nasional bisa tergilas secara teknologi, dan terlebih lagi secara geopolitik. Apalagi, RI juga tidak menguasai technological value chains dan kontrol atas data yang dilayani oleh Starlink," beber Riefqi Muna, Co-founder of ROOTS (Research and Operations on Technology & Society) dalam cuitannya di platform X.

"Starlink ini bukan sekadar isu bisnis, namun soal kedaulatan informasi yang justru diabaikan oleh negara yang seharusnya melindung data warga dan negara harus terus perkuat penyedia layanan nasional. Anehnya, tampak secara terbuka, ada pejabat tinggi negara malah bertindak seperti reseller-nya Starlink. Dari sisi ini justru menjadi "weakest link" untuk keamanan informasi, sebab yang demikian ini justru beresiko sebagai "insider threats" yang dapat mengancam keamanan informasi nasional," kritiknya.

Kelebihan Starlink

Layanan internet Starlink bekerja bekerja dengan cara yang berbeda dari internet melalui jaringan nirkabel berbasis darat seperti layanan internet 4G, dan 5G.

Dikutip dari Profolus (15/5/2024), Starlink menyediakan akses internet melalui satelit yang mengorbit rendah di luar angkasa.

Jaringan elektromagnetik dalam frekuensi gelombang radio dan gelombang mikro lalu disalurkan ke stasiun atau transreceiver di Bumi. Dibandingkan jaringan internet nirkabel, teknologi ini memiliki beragam manfaat.  Berikut rincian kelebihan Starlink:

1. Waktu perpindahan data lebih cepat

Starlink memakai satelit LEO untuk cepat menyalurkan internet. Satelit ini memiliki latensi atau waktu perpindahan data lebih kecil daripada satelit GEO karena posisinya lebih rendah. Satelit GEO memiliki latensi sekitar 477 milidetik sedangkan satelit LEO memiliki latensi kurang dari 27 milidetik. Artinya, Starlink dapat menyalurkan data yang lebih cepat dibandingkan layanan internet lain.

2. Transmisi data cepat

Starlink diklaim memiliki kecepatan transmisi data awal pada 100 Mbps untuk hilir dan 20Mbps untuk hulu. Namun, akan dikembangkan menjadi 1Gbps untuk hilir Kenyataannya, hasil uji menunjukkan Starlink memberikan kecepatan transmisi data lebih cepat dari yang dijanjikan, mencapai 222Mbps dan 24 Mbps.

Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV, X, Profolus, Kompas.com


TERBARU