Bagaimana Cara Membayar Utang Puasa karena Hubungan Suami Istri?
Beranda islami | 12 Maret 2024, 02:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Setiap muslim yang menjalankan puasa di bulan Ramadan diuji kesabarannya dalam berbagai hal. Mulai dari menahan rasa lapar dan haus, hingga menahan hawa nafsu selama menjalankan ibadah puasa.
Selama bulan suci Ramadan, bagaimana ketentuan hubungan badan pasangan suami istri (pasutri)? Terlebih di siang hari dan saat masih menjalankan puasa.
Bagaimana hukumnya, batalkah puasanya?
Sejatinya, hubungan badan pasutri saat bulan Ramadan tetap diperbolehkan, bahkan tidak membatalkan puasa asalkan dilakukan di malam hari.
Baca Juga: Hasil Persib vs Persija: Maung Bandung Menang 2-1
Mengutip Serambinews, hubungan badan antara suami dan istri saat bulan Ramadan tidak akan membatalkan puasa, bila hubungan badan itu dilakukan pada malam hari hingga sebelum waktu salat Subuh tiba.
Apabila berhubungan badan dilakukan pada siang hari ketika masih dalam keadaan berpuasa, praktis akan membatalkan puasa.
Hubungan badan pasutri sudah diatur secara jelas di dalam Al-Qur'an, yakni dalam Surat Al Baqarah ayat 187:
"Diperbolehkan bagi kalian pada malam hari (di bulan Ramadan) bercampur dengan istri-istri kalian."
Hal tersebut sama halnya jika karena tertidur lalu bermimpi sampai mengeluarkan sperma, maka tidak batal puasanya.
Hal itu seperti penjelasan hadis berikut: Aisyah dan Umi Salamah berkata:
"Rasulullah di saat subuh dalam keadaan junub setelah bersetubuh, bukan karena mimpi, beliau tidak membatalkan puasanya dan tidak meng-qadha'nya." (HR Bukhari dan Muslim).
Namun, lain halnya jika melakukan hubungan badan di siang hari. Jika hal ini dilakukan, tentu dapat membatalkan puasa.
Terdapat juga hadis dari riwayat Bukhari yang menerangkan soal larangan berhubungan badan di siang hari saat bulan Ramadan.
Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi SAW, lalu ia berkata:
"Celakalah saya, wahai Rasulullah." Rasul bertanya: "Apa yang mencelakakan kamu?" Laki-laki itu menjawab: "Saya telah mencampuri istri saya di siang hari di bulan Ramadan." Lalu Rasul bertanya: "Apakah kamu mampu memerdekakan hamba (budak)?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak."
Rasul kemudian bertanya lagi: "Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan terus-menerus?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak."
Rasul melanjutkan pertanyaan: "Apakah kamu mampu memberi makan 60 orang miskin?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak." Laki-laki itu kemudian duduk. Kemudian datanglah seseorang kepada Nabi SAW membawa satu keranjang kurma.
Rasulullah bersabda: "Sedekahkan kurma ini." Laki-laki itu bertanya: "Adakah (sedekah ini) harus diberikan kepada orang-orang yang lebih fakir daripada saya? Di sekitar sini tidak ada satu pun penghuni rumah yang lebih memerlukan kurma itu daripada saya."
Baca Juga: Imbas Cuaca Buruk, Antrean Kendaraan Panjang di Area Luar dan Dalam Pelabuhan Merak
Lalu Rasulullah tertawa, sehingga kelihatan giginya sebelah dalam, kemudian berkata: "Pergilah dan berikanlah kurma itu kepada penghuni rumahnya untuk dimakan."
Kesimpulan dari hadis di atas ialah bahwa orang yang menggauli istrinya di siang hari di bulan Ramadan karena disengaja dan bukan karena lupa, maka ia harus: Jika mampu, memerdekakan seorang budak.
Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV