Langgar Al Yahya Jejak Perkembangan Islam di Semarang
Berita daerah | 25 Mei 2020, 10:32 WIBSEMARANG, KOMPAS.TV - Beralamat di Jalan Gandekan Nomor 15, Semarang Tengah, Kota Semarang, Langgar Al Yahya ini terletak di dalam gang kecil di tengah kampung yang mayoritas penduduknya adalah etnis Tionghoa. Langgar ini adalah peninggalan Tasripin, seorang saudagar kaya dan tuan tanah yang dulu hidup di Semarang. Tasripin adalah murid dari Kiai Pandanaran, yang merupakan murid dari Sunan Kalijaga.
Langgar dengan nama Al Yahya ini berdiri sejak tahun 1813, sebelum berganti nama, dahulu langgar ini bernama Al Muttaqin, namun orang sekitar lebih mengenal langgar ini dengan nama Langgar Gandekan.
Nama Al Yahya yang berarti Yang Maha hHidup, diberikan sekitar 20 tahun lalu, dengan harapan agar langgar ini terus hidup. Bangunan langgar ini masih asli, dengan atap atau sirap bertingkat tiga yang bermakna "santri", ini merupakan ciri - ciri bangunan ibadah yang di warisi dari Sunan Kalijaga, kemudian di puncak atap terdapat mustaka berbentuk lidah api dan bulatan di atasnya. Lantai langgar terbuat dari kayu jati tua yang masih kokoh sampai sekarang.
Langgar ini memiliki dua lantai, lantai bawah sebagai tempat beribadah dan lantai kedua dulunya sebagai tempat istirahat musafir, namun sekarang di gunakan sebagai tempat penyimpanan. Penghubung lantai atas dan bawah adalah tangga kayu sederhana.
Sayangnya langgar yang menjadi bagian dari sejarah Islam ini minim perawatan, nampak dari warna catnya yang pucat dan sarang laba - laba di beberapa sisi langgar. Anggaran perawatan langgar ini masih menggunakan dana infaq dan sedekah, pihak pengurus langgar mengaku belum ada bantuan dari pemerintah kota meski sudah di ajukan.
#JejakPerkembanganIslam #BangunanBersejarah #Semarang
Penulis : KompasTV-Jateng
Sumber : Kompas TV