Kisah Keluarga Asal Rusia Terjebak di Lombok Imbas Covid-19, Mengamen Demi Bertahan Hidup
Berita daerah | 30 April 2020, 19:41 WIBMATARAM, KOMPAS TV - Satu keluarga warga negara asing asal Rusia terdiri atas suami Mikhail (29), istri Ekaterina (28) dan anaknya yang masih balita bernama Serafina (2) kedapatan mengamen di salah satu pasar tradisional di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Kisah keluarga kecil yang mengamen menggunakan alat musik accordion untuk membiayai hidup selama di Lombok ini lantas viral setelah sejumlah orang mengunggahnya ke media sosial.
Karena kegiatannya mengamen itulah, oleh pihak imigrasi Mataram mereka akhirnya diamankan. Setelah itu diserahkan ke Konsulat Rusia di Bali pada Kamis (30/4/2020).
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPA Mataram, Syahrifullah, mengatakan saat diamankan mereka beralasan tak bisa kembali ke negaranya karena sedang lockdown. Dari pengakuannya, mereka kehabisan biaya hidup dan terpaksa mengamen.
Namun demikian, pihak Imigrasi Mataram tetap menjalankan prosedur pemeriksaan terhadap warga negara asing, terlebih di musim pandemi Covid-19 ini.
Baca Juga: Viral Video WNA Sedang Berpesta di Bali, Gubernur Bali : Coba Dicek, Itu Video Lama
"Mereka mengemis, ya ngamen dan dapat uang dari warga yang kasihan. Uangnya mereka pakai membeli kebutuhan makan, kami dapat laporan dan langsung melacak keberadaan mereka," kata Syahrifullah seperti dikutip Kompas.com pada Kamis (30/4/2020).
Syahrifullah dan petugas Imigrasi mengecek kelengkapan dokumen keluarga asal Rusia itu dan tak ada masalah terkait waktu ijin tinggal mereka.
Kesalahan mereka, kata Syahrifullah, karena melakukan aktifitas mengamen atau bermain musik untuk mencari keuntungan berupa uang.
"Karena saat ini tengah terjadi pandemi Covid-19, maka kami memberi kelonggaran. Jika tak ada Covid-19 saya pasti akan tindak tegas. Mereka hanya boleh berwisata di Lombok, bukan melakukan kerja atau aktivitas seperti mengamen atau mengemis, " ujar Syahrifullah.
Jalani Rapid Test
Tapi untuk mengirim mereka ke Konsukat Rusia di Bali, kata Syahriffullah, sebenarnya tidaklah mudah, karena penyeberangan maupun penerbangan dari dan menuju Lombok ditutup total, terkecuali untuk logistik dan keperluan mendesak.
Namun warga Rusia ini diberikan kelonggaran untuk bisa menyeberang ke Bali agar bisa dikirim ke pihak Konsulat Rusia.
Baca Juga: 208 WNA China Tertahan di Terminal Keberangkatan Bandara Soetta, Ini Penjelasan Imigrasi
"Mereka akan bertemu pihak konsulat di sana, akan diberikan jaminan hidup, dibiayai sampai situasi telah memungkinkan mereka kembali ke Rusia, semua sudah kami komunikasikan dan koordinasikan dengan pihak Konsulat Rusia," kata Syahrifullah.
Tapi sebelum menyeberang ke Bali, warga Rusia itu harus menjalani rapid tes terlebih dahulu di Kantor Kesehatan Pelabuhan untuk memastikan keamanan perjalanan mereka ke Bali. Sebelumnya mereka juga telah menjalani rapid tes dan hasilnya tidak reaktif.
Berdasarkan dokumen keimigrasian, batas waktu ijin tinggal mereka hingga akhir April 2020.
Datang dari Malaysia
Berdasarkan pantauan di lapangan, saat tiba di kantor Imigrasi Mataram, kedunya menumpang sepeda motor yang telah dimodivikasi.
Sekeliling motor dipenuhi sayuran, kelapa muda, dan barang barang berupa pakaian mereka. Keduanya tak mengenakan alas kaki.
Baca Juga: Presiden Jokowi Perketat Arus Masuk WNI dan Pembatasan WNA Jelang Lebaran
Mereka memakai pakaian seadanya bersama balita berambut pirang yang tertidur dalam gendongan ibunya.
Keduanya mengisi dokumen ke dalam Kantor Imigrasi tanpa mengenakan alas kaki. Kedunya tak canggung dengan penampilan itu saat mengurus dokumen.
Kepada Kompas.com, Mikhail mengatakan semua pintu masuk menuju Rusia sudah ditutup, sehingga dia dan keluarga kecilnya tidak bisa meninggalkan Indonesia.
"Sebelumnya kami berada di Malaysia, kemudian kami terbang ke Indoneaia, rencananya kami hanya 2 hari berada di Indonesia, dan akan kembali ke Malaysia, tetapi karena Malaysia lock down, kami memutuskan ke Bali," ujar Mikhail.
Dia juga menjelaskan dalam situasi tak menentu, sulit untuk pulang ke negaranya, sementara biaya hidup semakin menipis.
Akhirnya, dia dan istrinya Ekaterina memutuskan main musik, menerima pemberian orang yang menikmati musiknya untuk membeli makanan.
Baca Juga: Pemerintah Isolasi 5 Wna Asal Bangladesh
"Saya main musik di Bali tapi polisi melarang kami, padahal itu untuk membeli makanan dan biaya hidup,” ujar Mikhail.
“Kami punya uang hanya untuk 1 bulan kami tinggal di Bali sebulan, kemudian kami ke Lombok mencari peluang ngamen. tapi disini juga sama pintu ditutup.”
Dia mengakui bahwa kegiatan mengamennya hanya untuk membeli makanan karena tak bisa pulang setelah virus corona mewabah di seluruh dunia.
Dia juga khawatir jika harus berpindah-pindah karena situsai yng tidak aman bagi kesehatan dia, istri dan anaknya.
Mikhail mengaku, warga di Indonesia membuatnya nyaman sehingga ia nekat mengamen untuk mendapatkan uang demi menyambung hidup
"Muslim di Lombok dan di Asia sangat baik dan respek dengan kami, sangat bersahabat, mereka muslim yang hebat," kata Mikhail.
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV