> >

Kisah Siswa SMA yang Disekap dan Dicabuli Selama 3 Hari, Tersangka Bantah Hipnotis

Berita daerah | 18 Maret 2020, 13:11 WIB
Ilustrasi: pelecehan seksual (Sumber: Kompas.com)

KOMPAS.TV - Mustofa alias Musdalifa (47) harus berurusan dengan aparat Satreskrim Polres Pasuruan, Jawa Timur. Dia menjadi tersangka penyekapan dan pencabulan siswa SMA berinisial STN.

Dikutip dari Kompas.com, penyekapan dan pencabulan dilakukan 23-26 Februari 2020. Dalam kasus tersebut, polisi menyita satu set kartu remi dan satu set kartu lintrik atau kartu yang digunakan untuk menghipnotis korban.

Dari keterangan saksi dan korban, kejadian itu berawal pada 23 Februari. Ketika itu STN dan temannya berinisal FHM sedang berada di Alun-alun Bangil, Pasuruan.

Meskipun tidak kenal, tiba-tiba tersangka bergabung dengan korban. Lalu tersangka menepuk punggung korban. Setelah itu tersangka mengajak korban dan FHM ke rumahnya di Grati.

Karena merasa tidak kenal, FHM menolak ajakan tersangka. Sedangkan korban tidak menolak. Tersangka menyekap korban di rumahnya sampai 26 Februari 2020. 

Selama disekap itulah tersangka mencabuli korban. Setelah tiga hari disekap, korban diperbolehkan pulang ke rumahnya.

Tersangka mengancam korban untuk tidak menceritakannya ke siapa-siapa. Penyekapan dan pencabulan yang terjadi membuat korban trauma hingga akhirnya korban melapor ke orangtuanya.

"Tapi korban trauma dan orangtuanya sudah panik karena mencarinya. Setelah dipaksa, korban cerita kepada orangtuanya, dan akhirnya lapor polisi," ujar Kasatreskrim Polres Pasuruan, AKP Adrian Wimbarda, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

Sementara itu, Mustofa membantah menghipnotis STN agar mau diajak pergi dengannya. Namun ia memang mengakui menepuk punggung korban, tapi bukan berarti itu menghipnotis.

Mustofa mengaku bertemu korban di dalam masjid saat baru pulang dari pesarehan atau makam. Saat itulah tersangka mengaku jatuh hati kepada korban lalu mengajak korban ke rumahnya.

"Dia mau. Ya sudah, saya ajak menginap di rumah saya," ujar Mustofa saat pengungkapan kasus di Mapolres Pasuruan, Selasa (17/3/2020).

Ia mengatakan, di rumahnya, korban diperlakukan istimewa. Hari kedua menginap, korban diajak ke Malang.

"Saya ajak ke Malang, jalan-jalan. Saya bonceng sama sepeda saya. Di sana saya makan-makan sama dia, terus pulang," kata Mustofa.

Pada hari ketiga korban diajak berbelanja di pasar. "Setelah saya ajak ke Pasar, saya yang melepaskan dia. Saya suruh dia pulang ke rumah dan jangan bilang ke siapa-siapa," tandasnya.

Versi polisi, tersangka sempat mengancam korban. Namun, versi tersangka, tidak ada pengancaman. Bahkan pelaku menyebut apa yang dilakukan suka sama suka.

"Saya tidak mengancam dia, saya hanya bilang jangan bilang siapa-siapa," ujar dia.

Mustofa membantah bahwa kartu yang diamankan polisi dari rumahnya adalah kartu lintrik atau kartu untuk menghipnotis orang.

"Itu kartu untuk main saja. Saya belinya di toko, saya tidak beli di dukun atau di siapa," pungkas dia.

Penulis : fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU