> >

Fakta-Fakta Kerusuhan Pilkada di Papua: Terjadi di Sejumlah Wilayah, Puluhan Orang Terluka

Papua maluku | 28 November 2024, 18:20 WIB
Seorang korban perang antar pendukung dua calon bupati di Puncak Jaya, Papua Tengah, dievakuasi dari lokasi bentrok, Rabu (27/11/2024). Tampak busur panah tertancap di bagian kaki kiri korban.  (Sumber: Tribun Papua)

JAYAPURA, KOMPAS.TV - Sejumlah kerusuhan pecah di wilayah Papua usai berlangsungnya Pilkada 2024 yang digelar serentak, Rabu (27/11/2024).

Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi tersebut mengakibatkan puluhan rumah dibakar dan setidaknya 90 orang mengalami luka.

Berikut fakta-fakta kerusuhan Pilkada yang terjadi di Papua, Rabu kemarin.

Polisi Terkena Panah

Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo mengungkapkan bahwa salah satu lokasi kerusuhan Pilkada terjadi di Kantor Panitia Pemilihan Distrik (PPD) Kobakma pada Rabu malam.

Dalam kerusuhan tersebut, Kapolres Mamberamo Tengah AKBP Rahman terkena panah di bagian rahang pipi kanan.

Benny menjelaskan, kerusuhan berawal saat massa pendukung salah satu calon wakil bupati menuding adanya intervensi oleh Penjabat Bupati dalam proses pemungutan suara.

"Atas kejadian tersebut, Kapolres Mamberamo Tengah Ajun Komisaris Besar Rahman terkena panah di bagian rahang pipi kanan dalam kondisi sadar dan dirawat di RSUD Lukas Enembe, Mamberamo Tengah,” kata Benny dalam keterangannya di Jayapura, Papua, Kamis (28/11/2024) dikutip dari Tribun Papua.

"Massa pendukung menuntut agar Pj Bupati tidak berada di lokasi karena dianggap mengintervensi proses pemungutan suara," imbuhnya.

Baca Juga: Kerusuhan di Pilkada Papua 2024: 94 Orang Terluka, Kapolres Dipanah di Wajah

Puluhan Rumah Dibakar di Puncak Jaya

Kerusuhan juga pecah di Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, Rabu kemarin.

Pecahnya kerusuhan bermula ketika salah satu pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati dilaporkan membawa kabur kotak suara pada Rabu pagi.

Diketahui, kotak suara yang dibawa kabur itu berasal dari Kampung Birak Ambut, Wuyukwi, Pepera, Towogi, dan Wuyuneri.

Aksi tersebut kemudian memicu kemarahan pendukung pasangan calon lainnya, yang berujung pada bentrokan.

Aksi saling serang pun terjadi dengan melibatkan penggunaan senjata tradisional, seperti panah, hingga berujung pada pembakaran rumah di beberapa lokasi.

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Tribun Papua


TERBARU