> >

Polisi Ungkap Motif Pembacokan Saksi Paslon di Madura: Termakan Isu Hoaks Pemukulan Kiai

Jawa timur | 22 November 2024, 12:12 WIB
Ilustrasi pembacokan.  (Sumber: kompas.com)

SURABAYA, KOMPAS.TV - Polisi mengungkap motif pengeroyokan dan pembacokan yang menewaskan Jimmy Sugito seorang pendukung sekaligus saksi pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sampang nomor urut 2, Slamet Junaidi-Achmad Mahfudz di Sampang, Jawa Timur.

Mengutip pemberitaan Tribunnews.com, Jumat (22/11/2024), Direktur Ditreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Farman mengatakan, insiden pembacokan terhadap korban ditengarai karena ada kesalahpahaman dan hasutan berita bohong atau hoaks.

Berdasarkan pemeriksaan terhadap tiga terduga pelaku pembacokan yang terjadi di Desa Ketapang Laok, Ketapang, Sampang, Minggu (17/11/2024), mereka mendapat informasi bahwa terjadi pemukulan terhadap seorang kiai.

Baca Juga: Imbas Konflik di Sampang, KPU Batalkan Debat Ketiga Cabup dan Cawabup

Ketiga tersangka yang telah ditangkap tersebut berinisial FS, AR dan MS.

Kubu dari para pelaku mendapatkan kabar bahwa kubu dari korban tewas melakukan pemukulan terhadap kiai mereka, bernama Kiai Hamduddin.

"Nah tersangka ketiga ini memang termasuk santrinya Kiai Hamduddin. Ketika kiainya mereka dengar dipukul sehingga mereka spontan mengejar yang diduga dilakukan oleh Jimmy ini yang dianggap memukul jadi begitu kejadiannya. Sudah ada (celurit dibawa 3 tersangka). Iya (sudah disiapkan)," ujarnya di Mapolda Jatim, Kamis (21/11/2024).

Menurut Farman, awalnya Calon Bupati Sampang, yakni Slamet Junaidi mengunjungi salah satu tokoh masyarakat di desa tersebut.

Mereka berniat melakukan silaturahmi ke Pondok Pesantren Babussalam untuk bertemu salah satu pengasuhnya, yakni Kiai Mualif bersama beberapa anggota tim dan pendukungnya.

Kiai Mualif kemjudian meminta Saksi Asrofi, salah satu santrinya untuk mengumpulkan jamaah zikir guna menyambut kedatangan Slamet Junaidi.

Namun, kunjungan yang dianggap mendadak itu, diketahui oleh tokoh masyarakat lain, yakni Kiai Hamduddin. Sebab, rombongan Slamet Junaidi melintasi depan rumah Kiai Hamdudin saat menuju padepokan Kiai Mualif.

Rupanya kunjungan yang mendadak dari itu menimbulkan ketidaksenangan bagi Kiai Hamdudin, karena Kiai Mualif merupakan menantu keponakan Kiai Hamduddin, yang usianya lebih muda.

Kiai Hamduddin juga menganggap, kunjungan figur Kubu Cabup Slamet Junaidi ke padepokan itu, dianggap 'melangkahi' karena tanpa izin dari Kiai Hamduddin yang lebih tua.

Kubu Kiai Hamduddin kemudian melakukan blokade akses jalan yang akan dilewati rombongan Slamet Junaidi. Mereka menggunakan mobil Kijang LGX dan beberapa potongan kayu.

Peristiwa itu kemudian memicu percekcokan antara kubu massa Kiai Mualif yang terdiri dari Jimmy Sugito, Muadi, Mat Yasid, dan Abdussalam, melawan Kubu massa Kiai Hamduddin.

Dalam percekcokan itu, kata dia, sempat terlontar perkataan dari Saksi Muadi dengan kalimat berbahasa Madura; Mon Acarok Gih degik yeh, yang artinya, kalau mau carok nanti saja.

Rombongan Slamet Junaidi pun memilih mencari akses jalan lain untjuk menuju padepokan Kiai Mualif, meskipun memutar.

Sesaat setelah rombongan Slamet Junaidi meninggalkan lokasi tersebut, terjadi percekcokan lanjutan antara Saksi Asrofi dari kubu Kiai Mualif dengan Kiai Hamduddin.

Pihak Kiai Hamduddin merasa tersinggung karena Asrofi tetap mengumpulkan para santri untuk melaksanakan zikir bersama, tanpa izin figur kiai yang lebih sepuh, Kiai Hamdudin.

Kiai Hamduddin pun sempat mengatai Asrofi kurang ajar, karena mendatangkan orang.

Asrofi menjawab dan mengatakan bahwa rombongan hanya mampir. Pihaknya merasa tidak enak untuk menolak kunjungan itu.

Baca Juga: Gibran Tak Ingin Insiden Sampang Terulang di Tempat Lain: Selesaikan Potensi Konflik Sekecil Apa pun

Kiai Hamduddin kemudian menyebut akan menampar Asrofi, yang dijawab oleh Asrofi, "Coba kalau berani nempeleng."

"Dari keterangannya kami dapat karena kan di awal itu sudah ada bahasa yang tadi saya sampaikan itu bahwa; kalau mau carok nanti saja dulu. Dan itu dianggap sebagai tantangan. Nah itu yang dianggap sebagai pemicu juga," kata Farman.

Perekcokan antara keduanya kemudian dilerai oleh salah satu pengasuh padepokan yang lain, yakni Kiai Muhtar.

Kiai Muhtar bersama Jimmy Sugito Putra berusaha menarik Saksi Asrofi agar tidak terjadi perkelahian atau kontak fisik.

Jimmy Sugito bahkan berusaha melindungi Asrofi dari kejaran massa yang marah akibat percekcokan dan adu mulut dengan Kiai Hamduddin.

Dari situ kemudian muncul isu bahwa telah terjadi pemukulan terhadap Kiai Hamduddin, sehingga membuat massa sekonyong-konyong marah dan mulai menyerang Jimmy Sugito.

Jimmi pun menjadi korban pengeroyokan dan pembacokan. Akibatnya, ia mengalami luka parah hingga dibawa ke RSUD Ketapang. Namun, nyawanya tidak tertolong.

"Kejadian pemukulan itu sendiri tidak ada, hanya saja kelompok ini itu terpisah, sehingga tidak mengetahui secara pasti isu tersebut," kata Farman

"Tapi pada saat mereka merapat mendekati Kiai Hamduddin ada omongan-omongan mulut itu seolah-olah ada pemukulan terhadap Kiai Hamduddin makanya mereka spontan bereaksi melakukan pengejaran terhadap kelompok Jimmy korban," katanya.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Desy-Afrianti

Sumber : tribunnews.com


TERBARU