> >

TEDx Hasanuddin University Vol. 2: Menjelajahi Pendekatan Interdisipliner dan Advokasi Sosial

Sulawesi | 30 September 2024, 17:11 WIB
EDx Hasanuddin University kembali sukses menggelar acara Volume 2 (Sumber: Istimewa)

MAKASSAR, KOMPAS.TV – TEDx Hasanuddin University kembali sukses menggelar acara Volume 2 dengan tema utama “Unveiling interconnected realities.” Acara ini menampilkan rangkaian speaker yang inspiratif dan interaktif dari berbagai bidang, serta dipandu oleh Ashry Sallatu, Licensor sekaligus Host dari TEDx Hasanuddin University.

Ashry Sallatu, sebagai penggagas TEDx Hasanuddin University, menegaskan bahwa TEDx ini bertujuan untuk menyebarkan ideas worth spreading, yaitu ide-ide inovatif yang bisa mengubah pola pikir. Berdasarkan pengalaman dari audiens di TEDx Hasanuddin University Vol. 1, misi ini telah berhasil dicapai dan terus berkembang di volume kedua ini.

Acara dibuka oleh Prof. Jamaluddin Jompa, Rektor Universitas Hasanuddin, yang menekankan pentingnya pendekatan interdisipliner untuk menghadapi tantangan global. Dalam pidatonya, Prof. Jamal berharap Universitas Hasanuddin bisa lebih mengintegrasikan interdisipliner dalam pendidikan mahasiswa, agar mereka siap menghadapi perubahan dunia yang dinamis.

Selama intermezzo, Ashry Sallatu mengangkat isu mengenai ekosistem musik di Makassar. Ia menegaskan bahwa musik adalah industri yang berpotensi besar untuk menggerakkan sektor lain di kota ini. Ini menjadi pengantar untuk pembicara pertama, Juang Manyala, seorang musisi dan pendiri Prolog Ecosystem. Dalam sesinya, Juang mengangkat persoalan ketimpangan antara musisi dari Indonesia Timur dan Pulau Jawa dalam meraih popularitas. Dia berbagi kisah tentang bagaimana ia membangun music ecosystem di Makassar, mendukung musisi lokal dalam pendidikan, produksi, hingga eksibisi musik, agar bisa bersaing di industri nasional.

Pembicara kedua, Andi Ahmad Yani, seorang dosen senior dari Program Studi Administrasi Publik Universitas Hasanuddin, membahas konsep demokrasi asli Indonesia yang diangkat dari karya sastra "Latoa" oleh Prof. Mattulada. Ia menyoroti tiga nilai penting dari karya tersebut: equality antara pemimpin dan rakyat, pemimpin sebagai pelayan publik, dan pentingnya social contract sebagai dasar dari demokrasi. Andi Ahmad Yani mengajak audiens untuk memaknai ulang demokrasi Indonesia yang sudah ada sejak abad ke-15.

Evelyn Vargas, seorang leadership and hospitality coach asal Peru yang kini berdomisili di Bali, menjadi pembicara ketiga yang membawa audiens memahami makna hospitality lebih dalam. Dalam pidatonya, Evelyn mengajarkan empat nilai utama: curiosity, caring, creative courtesy, dan connection, yang semuanya penting untuk menciptakan hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Evelyn berbagi pengalaman pribadinya di industri perhotelan dan memberikan tips praktis untuk mengaplikasikan hospitality dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah networking session, acara berlanjut dengan refleksi dari Teguh Iswara, seorang arsitek dan politisi, yang memperkenalkan konsep “Rhythm of the Sea,” proyek arsitektur yang terinspirasi oleh budaya Makassar dan tarian Pakarena. Teguh juga membahas pentingnya sustainable architecture dalam menjaga keseimbangan alam dan keindahan lingkungan.

Isu advokasi sosial pun menjadi sorotan dengan pembicara selanjutnya, Syarif Ramadhan, yang berbagi cerita tentang perjuangannya sebagai tunanetra melawan stigma sosial. Syarif menekankan pentingnya inklusivitas dalam pendidikan dan dunia kerja untuk penyandang disabilitas. Dengan kalimat penutup, "Include me, don't exclude me," ia menyerukan perubahan dalam cara kita melihat dan memperlakukan difabel.

Sebagai pembicara penutup, Annisa Apriliani, seorang caregiver, mengisahkan pengalamannya merawat sang ibu yang menderita Alzheimer. Ia menyoroti kurangnya dukungan bagi caregiver di Indonesia, dan berharap pemerintah lebih memperhatikan mereka yang harus menyeimbangkan tanggung jawab keluarga dan karier.

TEDx Hasanuddin University Vol. 2 berhasil mengangkat isu-isu penting seputar kolaborasi interdisipliner dan advokasi sosial, serta menjadi wadah untuk menyebarkan ide-ide yang dapat memicu perubahan. Acara ini menjadi bukti nyata bahwa ideas worth spreading mampu menginspirasi audiens dan membawa dampak positif, baik secara lokal maupun global.

Penulis : KompasTV-Makassar

Sumber : Kompas TV


TERBARU